Kala itu, ia yang sedang berada di Bali menelepon Jokowi. Mega menanyakan keberadaan Jokowi dan langsung memberinya tugas untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta.
"Tugasmu berat, mau nggak? Saya lempar ke Jakarta. Nggak ada diem dia. Dia jawab, siap Bu," ungkap Mega saat memberikan sambutan di acara Peluncuran Buku dan Ulang Tahun ke 77 Sabam Sirait di Gedung Lemhannas, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (10/11/2013) petang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wakilnya siapa? Orang Solo kan halus, marahnya dipendam. Mesti dicari yang rada preman nih," katanya.
Mega kemudian teringat Ahok. Ia langsung menghubungi Ahok meski Tjahjo sempat ragu.
"Bangka Belitung? Kok Ibu jauh banget," kata Mega menirukan reaksi Tjahjo Kumolo saat mendengar usulannya tersebut.
"Namanya Indonesia mana aja boleh toh. Inilah jadinya, tapi keren toh?" sambungnya.
Namun menurutnya jajaran PDIP dari DPP hingga DPC pesimistis setelah melihat hasil survei. Pada awal Pilgub DKI 2012, poling survei pasangan Jokowi-Ahok sangat rendah.
"DPP lemes, cabang lemes, rendah banget. Mungkin karena saya pilih yang kurus itu. (Lalu kita) Kerja, kerja, kerja. Naik, naik, naik. Sukarelawan pada datang," kenangnya.
Mega kemudian menceritakan keluhannya akan kekurusan tubuh Jokowi. Ia khawatir, badan Jokowi yang terlalu kurus menyebabkan rakyat tak percaya dengan kemampuannya mengelola masyarakat.
"Saya selalu bilang (pada Jokowi), Dik mbok digemukkan badanmu itu. Gimana seorang gubernur diyakini rakyat kalau kamu kurus kering. Mau antarkan kesejahteraan gimana caranya," tutur Mega.
Mega mengaku heran dengan tubuh orang nomor 1 di DKI ini. Sebab menurutnya porsi makan Jokowi banyak, namun tubuhnya tetap kurus.
"Kalau saya ajak makan, dia jawab urusan makan nomor 1. Makanlah kita dengan kepala ikan. Saya masak lagi, dia makan. Kok aneh, iki kayak wong kere tenan (miskin sekali, red). Jangan tersinggung ya," ucap Mega disambut tawa hadirin.
(kff/kff)