Palu arit yang merupakan simbol komunis itu bersanding dengan gambar kubah, simbol umat Islam. Tak sekadar simbol, di SD Etnis Hui yang 60 persen siswanya beragama Islam bergaul dengan harmonis bersama pelajar non muslim lainnya.
SD Etnis Hui adalah salah satu sekolah negeri untuk pelajar yang beragama Islam. Namun sekolah juga menerima siswa yang beragama non muslim. Mayoritas murid di sekolah ini adalah dari etnis Hui yang memang dikenal sebagai pemeluk agama Islam di China.
Sekolah untuk pelajar Islam lainnya adalah TK Etnis Hui di jalan Gengchinse, Zhengzhou. Sekolah ini terletak persis di samping masjid Beita, di depan perkampungan muslim. Kepala Sekolah TK Etnis Hui, Zhao Ba Lau mengatakan sekolah tersebut sudah berdiri sejak 1958.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya agama Islam, pemerintah juga melarang ilmu agama lainnya diajarkan di sekolahan. Sementara di SD Etnis Hui meski tak memberikan mata pelajaran agama Islam, pihak sekolah mengenalkan huruf arab dan Alquran kepada siswanya.
Wakil Presiden Asosiasi Islam China, Haji Yusoff Liu Bao Qi mengatakan, pembinaan dan pendidikan ilmu agama Islam hanya boleh diberikan di lingkungan masjid. Untuk pembangunan masjid dan pengembangan pendidikan Islam, pemerintah China memberikan dukungan, baik dalam bentuk dana maupun pemberian izin.
“Dua bangunan baru di masjid ini (Masjid Beita) mendapat bantuan dana dari pemerintah,” kata Haji Yusoff yang juga Imam Besar di Masjid Beita, Zhengzhou.
Di Masjid Beita sendiri menurut dia, setiap Jumat selalu ada pengajaran ilmu agama Islam. Pesertanya selain dari lingkungan masjid juga ada yang datang dari daerah lain.
Haji Yusoff mengaku, pemerintah China memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah. Dia menyebut di Zhengzhou ada sekitar 120.000 muslim dan terdapat 100 buah masjid. Angka ini diperkirakan masih akan terus bertambah.
Hanya memang menurut Haji Yusoff, salah satu godaan terbesar umat Islam di Negeri Tirai Bambu adalah soal makanan. Pemerintah China tak mau membuat kebijakan yang memisahkan menu makanan halal dengan haram saat ada acara bersama-sama.
“Tapi di luar urusan makanan halal dan haram, kami umat Islam bebas menjalankan ibadah,” kata Haji Yusoff. Mereka pun bisa hidup rukun berdampingan, seperti logo palu arit dan gambar kubah masjid di dinding sekolah.
(erd/brn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini