Den Haag - Pejuang HAM, Munir, ternyata meninggal akibat diracun. Hasil otopsi menunjukkan adanya
arsenicum (As) di tubuhnya dalam dosis mematikan.Laporan hasil otopsi yang dilakukan
Nederlands Forensisch Instituut (NFI) Kamis (11/11/2004) kemarin telah diserahkan melalui
Ministerie van Buitenlandse Zaken (Deplu Belanda) kepada Deplu RI di Pejambon melalui Dirjen Amerika-Eropa. Posisi ini saat ini dijabat Arizal Effendi.Koran NRC Handelsblad menyebutkan bahwa bocoran laporan otopsi yang diperoleh dari sumber di Jakarta menyebutkan terdapat
arsenicum dengan dosis mematikan dalam tubuh Direktur Imparsial dan mantan koordinator Kontras itu. Jurubicara Deplu Belanda di Den Haag tidak bersedia mengungkapkan isi laporan hasil otopsi, karena sifatnya
very confidential. Namun dikatakan bahwa Deplu Belanda telah meminta Pejambon agar laporan hasil otopsi tersebut diteruskan kepada keluarga Munir.Munir meninggal pada 7/9/2004 di dalam kabin pesawat Garuda dalam perjalanan ke Belanda untuk meneruskan studi bidang hukum di Universitas Utrecht. Saat berangkat dia dalam kondisi fit, namun setelah pesawat singgah di Changi, Singapura, Munir mulai muntah-muntah. Dua jam sebelum pesawat mendarat di Schiphol, Amsterdam, Munir menghembuskan nafasnya yang terakhir.Demi terkuaknya kebenaran, mungkin diperlukan tekanan dari kawan-kawan Munir, para pemerhati HAM, DPR, atau bahkan inisiatif bisa dimulai dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk membeberkan isi laporan hasil otopsi dari NFI tersebut. Sebab, Munir sudah terbungkam untuk selama-lamanya. Dia tidak mungkin melakukan testimoni mengenai penyebab kematiannya.
(es/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini