Kronologi ini disampaikan Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait yang menerima pengaduan Rizal bersama kedua kerabatnya Halimah dan Rifky, dalam jumpa pers di Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (1/11/2013).
MR adalah keponakan Rizal dari sepupu perempuannya yang sudah meninggal. MR sudah yatim piatu dan sejak usia 5 bulan diangkat anak oleh orang yang masih ada hubungan keluarga yaitu M Godal. Godal memiliki pembantu laki-laki bernama Imsak. Hingga berusia 9 tahun, MR mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDR) hingga akhirnya kabur ke rumah saudara kandung ibunya, Mardiah, yang bersuamikan Rifky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
29 Agustus 2013 (Kamis)
MR hendak ke rumah bibi yang kakak kandung ibunya, bernama Mardiah di Palu, Sulteng. Di situ MR menginap seharian, MR bilang ke kakaknya bahwa dia tidak mau pulang ke rumah ayah angkatnya, M Godal, karena semalam dia disiksa oleh Imsak, pembantu Godal. MR memperlihatkan bekas siksaan, memar di paha kanan dan kiri.
MR bercerita dia dipukuli Imsak karena ingin pergi ke rumah Mardiah. Mengetahui KDRT kepada keponakannya ini, Mardiah dan suaminya Rifky, melapor ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Palu mengenai penganiayaan itu. MR membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan melakukan visum ke RS Bhayangkara Palu.
MR ditemani bibinya juga melaporkan siapa yang menganiaya, yaitu Imsak.
30 Agustus 2013 (Jumat)
14.00 WITA
Imsak dijemput penyidik Polres Palu untuk dimintai keterangan. Di depan penyidik Imsak mengaku dia memukul karena diberi wewenang oleh majikannya, M Godal. Setelah itu akhirnya penyidik meminta anak itu untuk memilih hendak tinggal bersama siapa, Godal atau Mardiah, MR memilih tinggal di rumah Mardiah.
31 Agustus 2013 (Sabtu)
Akhirnya Mardiah mengantar MR ke sekolah sambil memberikan informasi ke pihak sekolah bahwa MR mendapat kekerasan dari pembantunya. Dan saat ini sedang trauma sekali.
4 September 2013 (Rabu)
Imsak datang ke rumah Mardiah untuk mengantar pakaian MR. MR juga ke ke Polres Palu kembali untuk melengkapi BAP.
5 September 2013 (Kamis)
Keluarga Mardiah ditelepon untuk datang ke Polres Palu, Imsak dan Godal sedang diperiksa. Godal malah menyudutkan MR yang jelas-jelas sudah dianiaya Imsak.
MR diantar kembali oleh Mardiah ketemu Kepala Unit PPA Polres Palu, mericek apa benar ada penganiayaan, MR mengatakan benar dia dianiaya sesuai dengan BAP hari sebelumnya.
11 September 2013 (Rabu)
13.00 WITA
Godal menjemput MR secara diam-diam di sekolah. Tujuannya tidak diketahui padahal keluarga sudah sepakat selama proses penyidikan MR tak boleh diganggu karena masih trauma.
Guru MR melaporkan penjemputan ini kepada keluarga Mardiah.
13 September 2013 (Jumat)
MR dikembalikan ke keluarga Mardiah karena Godal sedang diperiksa Polres Palu. MR tidak diantar ke sekolah karena ingin istirahat dan masih trauma.
16 September 2013 (Senin)
MR sekolah lagi.
10.25 WITA
Mardiah dapat telepon pihak sekolah bahwa MR dijemput seseorang yang ciri-cirinya mirip dengan Imsak. Kepada guru, Imsak mengaku menjemput MR karena Godal ingin mengajak ke Jakarta. Dan saat ini Godal tak bisa menjemput karena sakit.
Mardiah menelepon suaminya, Rifky, yang mengatakan bahwa MR dijemput oleh orang bernama Imsak.
Tak lama setelah itu suami Mardiah menelepon penyidik Polres Palu untuk mengecek apakah benar MR di rumah Godal atau tidak.
12.10 WITA
Rifky datang ke Unit PPA Polres Palu untuk bertemu kepala unit PPA dan menceritakan masalah penjemputan itu. Di sana Kanit PPA menelepon Godal ini tapi tidak diangkat.
Kanit PPA malah menyebut menjemput adalah hal yang wajar saja jadi tidak perlu dipersoalkan.
"Keluarga nggak puas kenapa polsisi malah ngomong kayak gitu. Keluarga Mardiah lantas berniat mengintai sendiri," jelas Arist.
16-18 September 2013 (Senin-Rabu)
Dari pengintaian keluarga Mardiah, MR tak terlihat bersama Godal.
18 September 2013 (Rabu)
15.30 WITA
Mardiah mendapat telepon dari kepala sekolah SD MR untuk datang ke RS Bhayangkara. MR sudah ditemukan. Keluarga datang ke RS Bhayangkara Palu.
Sampai RS Bhayangkara Palu, suster mengatakan bahwa MR ada di kamar jenazah. Jasad MR tampak memar dan bengkak.
"Keluarga belakangan tahu ternyata 2 hari hilang, MR dibawa ke penginapan Tora Tora oleh seseorang yang ciri-cirinya mirip sama Imsak. Dan yang buat keluarga makin menyayangkan, pihak penginapan tak meminta identitas Imsak. Ketika ditanyakan ciri-ciri, orang yang membawa MR mirip dengan Imsak," jelas dia.
Keluarga melapor ke Unit PPA Polres Palu lantas Kanit PPA Polres Palu menjemput Imsak dan Godal tapi keduanya sudah melarikan diri. Imsak sudah menjadi tersangka dan kini buron.
"Dari situlah keluarga mendatangi Komnas HAM Sulteng membantu mengenai penangkapan dan pencarian pelaku. Sampai saat ini belum ada hasil dan keluarga kecewa dengan Polres Palu yang tidak niat melakukan pencarian pada pelaku," jelas Arist.
(nwk/nrl)