Di kawasan tersebut, tepatnya di RW 10 Kelurahan Cipinang Besar Selatan, ada wilayah yang terkenal dengan sebutan kampung monyet. Bermula sejak awal tahun 2000-an, kaum pendatang dari berbagai daerah di Pulau Jawa, baik Jawa Tengah, Timur maupun Barat yang menghuni kawasan tersebut rata-rata menggeluti usaha topeng monyet.
Mereka ada yang sebagai pemilik maupun penyewa monyet. Banyaknya kaum laki-laki di sini yang menggantungkan hidupnya dari topeng monyet membuat daerah tersebut dijuluki sebagai kampung monyet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria 51 tahun ini mengaku pada saat itu ia sering melihat secara langsung bagaimana proses melatih monyet agar pintar melakukan berbagai atraksi seperti menaiki motor berdiri hingga mengambil duit saweran.
"Melatihnya kejam, monyetnya digantung-gantung gitu," ujar Alif yang berprofesi sebagai tukang ojek ini.
Namun, kata dia, kampung monyet itu kini sudah tidak ada lagi ketika terjadi penggusuran tahun lalu. Para warga yang menggeluti usaha topeng monyet juga telah berpindah dan berpencar ke berbagai tempat di ibu kota.
Kendati sudah tidak ada lagi, sebutan kampung monyet masih melekat hingga kini. "Sebelum penggusuran itu kebakaran dulu, monyetnya juga ada yang ikut terbakar," katanya menjelaskan.
Pantauan detikcom kemarin, kawasan kampung monyet telah rata dengan tanah dan sedang dalam pembangunan proyek Basura City. Agus, 27, warga setempat mengungkapkan para pelaku topeng monyet itu kini telah berpencar dan berpindah ke berbagai daerah di Jakarta.
"Sudah gak ada, udah pada pindah semua, kan digusur. Banyak pindah ke RW 06 dekat SD daerah BKT," ujarnya kepada detikcom, Kamis (24/10).
Berdasarkan penelusuran di lokasi, terdapat dua RT di RW 06 Cipinang Besar Selatan yang menjadi hunian baru warga pindahan dari kampung monyet. Tepatnya di belakang SDN 01 Cipinang Besar Selatan. RT 09 dan RT 12 yang dipisahkan oleh Kanal Banjir Timur. Ada jembatan kecil yang terbuat dari kayu dan bambu menjadi penghubung KBT yang tampak dipenuhi sampah.
(brn/brn)