Dua pasangan manten edan-edanan selalu ada dalam tradisi Kraton Ngayogykarta Hadiningrat. Mereka tidak muda lagi. Wajahnya berkeriput. Rata-rata umurnya di atas 65 tahun.
Kehadiran mereka penting dalam prosesi pernikahan, yakni sebagai penolak bala. Pakaian, make up dan peralatan yang dibawa tidak semestinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ini penolak bala. Jadi pengawal pengantin di depan barisan dan kami selalu menar-nari mirip orang gila atau ngedan," ungkap Nyi Mas Wedana Hamong Sumowiharjo seusai acara panggih.
Menurut dia, karena menjadi penolak bala, maka semua hal yang diperankan juga berkebalikan. Bila pengantin yang sebenarnya adalah masih muda, cantik dan ganteng. Sebaliknya manten edan-edanan pasti berumur sudah tua.
"Ya seperti saya dan kanca-kanca, sudah tua semua. Ketika ada perintah untuk jadi manten endan-edanan, ya sendiko dhawuh," kata Sumowiharjo yang sudah empat kali diminta untuk memerankan manten edan-edanan.
Mereka sempat jadi objek foto para tamu yang hadir siang itu.
(bgs/try)