detik.com dan Tim Media Center Haji (MCH) berkesempatan berkunjung ke masjid yang terkenal dengan nama Baiat itu pada Senin 21 Oktober 2013 pukul 17.45 WAS.
Sejauh mata memandang, masjid yang letaknya sekitar 1 kilometer dari Masjidil Haram itu memiliki kubah kuning yang lebih mungil dibandingkan kubah di masjid lainnya yang besar nan megah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tulisan itu untuk mengenang asal mula nama Masjid Al Jin. Alkisah, para jin menyatakan diri masuk Islam setelah tersentuh oleh lantunan ayat Alquran yang dibacakan Nabi Muhammad di masjid tersebut.
Tembok tinggi warna abu-abu mendominasi masjid yang memiliki luas 10x20 meter.
Bagunan masjid terdiri dari 2 lantai. Lantai satu dikhususkan untuk tempat beribadah jamaah haji laki-laki. Sedangkan jamaah haji perempuan beribadah di lantai dua.
Menjelang senja, masjid yang terletak di kawasan Ghazza, distrik Β Mala, ini dipadati jamaah haji dari berbagai dunia yang hendak menunaikan salat Magrib.
Saat kaki memasuki Β areal salat perempuan, ruangan Masjid Jin sangat sederhana. Karpet-karpet warna merah menghiasi lantai. Lampu-lampu masjid juga sangat sederhana. Ruangan beribadah itu dilengkapi I unit AC dan 5 unit kipas angin. Atap ruangan pun pendek.
Ada sejumlah jendela warna biru dengan kaca warna hitam dan putih. Cat-cat dinding dan atap masjid terlihat terkelupas. Maklumlah masjid bersejarah itu ternyata terakhir direnovasi 13 tahun silam atau 1421 Hijriah.
Udara di dalam masjid sedikit panas mengingat membludaknya jamaah haji yang ingin menunaikan salat.
Jamaah haji juga rela berdesakan dan berbagi tempat dengan yang lainnya. Tiap-tiap sudut masjid maupun pelataran terlihat telah disemuti para jamaah. Bahkan, areal tangga menuju lantai dua tetap dipenuhi para jamaah perempuan.
Padatnya pengunjung tidak mengurangi kekhusyuan doa, zikir dan salat sunah para jamaah meskipun suara batuk para jamaah yang telah melewati masa puncak haji terdengar bersahutan di dalam masjid itu.
Azan Magrib akhirnya berkumandang dan para jamaah menunaikan salat berjamaah.
Selepas salat Magrib, mendadak pelataran masjid menjadi areal lapak pedagang kaki lima (PKL). Para pedagang menjajakan dagangan mulai dari baju gamis, pasmina hingga kerudung.
"15 Riyal... 15 Riyal," kata seorang pedagang yang menjajakan baju abaya warna hitam.
Jamaah haji dan peziarah terlihat cuci mata dan membeli barang dagangan itu untuk buah tangan.
(aan/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini