Akad Nikah ini hanya akan dihadiri calon mempelai pria dan keluarga serta. Sri Sultan di dampingi adiknya KGPH Hadiwinoto dan GBPH Prabukusumo beserta keluarga, tanpa kehadiran calon mempelai wanita.
Akad nikah ini hanya akan dihadiri oleh kerabat laki-laki saja. Calon mempelai
wanita, GKR Hayu hanya menunggu di Sekar Kedhaton. KPH Notonegoro berangkat dari Ndalem Ksatriyan menuju Masjid Panepen didampingi beberapa orang keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ijab kabul dimulai dengan acara kutbah nikah oleh penghulu keraton. Sultan sendiri yang menikahkan putri keempatnya. Mas kawin dalam akad nikah itu adalah seperangkat alat salat dan Kitab Suci Al Quran.
Sultan kemudian melanjutkan dengan pengucapan ijab kabul dalam bahasa Jawa yang kemudian dijawab oleh KPH Notonegoro.Setelah pengucapan ijab kabul selesai, dilanjutkan dengan doa pernikahan penghulu. KPH Notonegoro kemudian menandatangani buku nikah yang telah disiapkan oleh petugas KUA Kecamatan Kraton.
Prosesi ini ditutup dengan sungkem yang dilakukan mempelai pria kepada Sri Sultan HB X. Sebelum melakukan sungkem, keris yang kenakan Notonegoro dilepas terlebih dulu. Prosesi sungkem merupakan simbol penghormatan dan mohon doa restu kepada Sultan karena sudah sah menjadi suami dari putri Sultan.
"Saat akad nikah mempelai wanita tidak pertemukan. Mereka akan ketemu saat panggih. Ini yang membedakan saat prosesi ijab kabul dengan masyarakat umum," kata Kepala Humas Provinsi DIY, Iswanto di Media Center, Selasa (22/10/2013).
Setelah resmi menikah, keduanya akan dipertemukan dalam acara Panggih. Panggih ini merupakan pertemuan kedua pengantin untuk memberi salam kepada para tamu undangan, serta kerabat dekat.
(bgs/kha)