Meski demikian, masih banyak pekerja media yang salah kostum. Mereka ditegur para abdi dalem berjaga di Regol Magangan yang merupakan pintu masuk bagi media.
Ada yang salah mengenakan blangkon atau ikat kepala. Blangkon gaya Yogya dikenal dengan mondholan (tonjolan) di bagian belakang. Namun yang dipakai adalah blangko gaya Solo yang trepes (tipis) atau tidak ada mondholan di belakang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada juga yang busananya sudah benar, tapi kain jarik yang diwiru seadanya. Seharusnya kain diwiru atau lipatan model wiru engkol khas Yogya. Para abdi dalem sering memperingatkan dan membantu membetulkan lipatan wiru kain model engkol dengan benar. Namun bagi yang jenis blangkon-nya salah, abdi dalem melarang mereka masuk keraton.
"Mas ini blangkon mantenan, bukan blangkon Yogya mataraman," kata salah seorang abdi dalem saat menghentikan seorang kameraman televisi yang mau masuk kraton karena salah mengenakan blangkon.
Abdi dalem itu menunjukkan kalau blangkon model Yogya mataraman adalah model seperti yang dikenakan para abdi dalem. "Model seperti ini hitam atau wulung, bukan seperti ini," katanya.
Tidak lama kemudian, ada wartawan yang mau masuk ke dalam kraton yang mengenakan blangkon model Banyumasan atau Tegal dengan ikat kepala bagian kanan dan kiri belakang dibiarkan menjuntai hingga bahu. Meski sudah disembunyikan dengan cara diikatkan ke belakang, abdi dalem masih bisa mengetahui hal itu.
"Maaf ini, bukan blangkon Yogya, ini bukan mau main ketoprak mas," kata seorang abdi dalem. Dia pun mempersilakan untuk mencari pinjaman di tempat persewaan baju ada di sekitar keraton.
Hari ini calon pengantin menjalani prosesi nyantri dan siraman. Persiapan penyambutan tamu sudah dilakukan. Janur, hasil bumi, dan lain-lain dipasang di tempat resepsi.
(bgs/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini