Tuti adalah adik perempuan Boediono. Dirinya merupakan pensiunan pegawai Bank Indonesia (BI) dengan posisi terakhir sebagai kepala Seksi Kepegawaian dan Administrasi, Bagian Perpustakaan Riset dan Administrasi. Sekilas wajah Tuti dan Wapres Boediono memang terlihat sangat mirip, termasuk dialek-dialeknya yang sangat kental khas Jawa Tengah.
"Saya memang adik kandung Wakil Presiden Boediono," ujar Tuti di Jakarta, Jumat (4/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adalah Marzuki Usman sebagai pihak yang memperkenalkan keduanya. Marzuki adalah senior Tuti di kampus Universitas Gadjah Mada. Bulaksumur Economist Foundation ini merupakan kumpulan pensiunan yang berasal dari UGM dan aktif dalam kegiatan sosial.
"Saya diperkenalkan teman karena saya waktu itu penderita kanker. Putri ini menurut Pak Marzuki aktif juga dalam kegiatan sosial," terang Tuti.
Karena selama aktif dalam berkegiatan sosial, hubungan keduanya berlanjut saat adanya undangan menuju Pontianak, Kalimantan Barat. Undangan itu dalam rangka menghadiri pernikahan saudara dari Bunda Putri. Di tahun yang sama itu, keduanya sempat melakukan aktivitas sosial.
"Tempatnya di Sambas, Kalimantan," ujarnya.
Meski berteman, Tuti mengaku hanya empat kali bertamu di rumah Bunda Putri di Pondok Indah. Kontak terakhir keduanya terjadi setelah lebaran 2013 via telepon. Pada pembicaraan itu, Bunda Putri mengaku sedang sakit dan telah beberapa bulan berada di Cirebon, Jawa Barat. Sosok Bunda Putri digambarkan sebagai wanita berumur 50-an dan modis.
"Saya itu nyesel kayak ngene. Saya itu bukan untuk di welasin. Saya sebutnya Putri itu saja," terangnya.
Dalam setiap pertemuan itu, Tuti menekankan pembicaraan keduanya tidak menyinggung hal yang bersifat bisnis. "Jadi betul-betul obrolan biasa," ujarnya.
Setelah kasus impor daging sapi ini merebak, Tuti mencoba menghubungi kembali Bunda Putri, Namun telepon Bunda Putri tidak lagi bisa dihubungi.
(fiq/ndr)