Pada Jumat (27/9) di KPK para penyair itu sempat membacakan puisi-puisi itu, antara lain Taufik Ismail. Ketua KPK Abraham Samad juga ikut menyumbang suara membacakan puisi.
Lebih dari 200 puisi tertulis rapi di lembaran buku. Keluh kesah dan keprihatinan terhadap korupsi ditumpahkan dalam tulisan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang-orang itu sadar, bahwa hati adalah perkara paling sulit disentuh. Hati adalah hal yang sukar digoyahkan berbagai macam aturan.
Puisi berfungsi untuk mengasah hati. Maka 99 orang itu memilih puisi untuk mengetuk nurani yang masih bisa menolak korupsi.
'Puisi Menolak Korupsi' judul yang mereka tuliskan di sampul terdepan buku. Lebih dari 200 puisi mereka tuliskan untuk mewakili kebencian kepada korupsi.
Lewat tulisan mereka mencoba mengambil peran. Peran yang gagal diambil aturan dan undang-undang.
Hukum dan undang-undang tak cukup efektif memberantas korupsi. Hingga saat ini, ketika aparat penegak hukum bekerja keras menjalankan undang-undang, tetap saja masih banyak koruptor berkeliaran.
Penyair Indonesia, menulis 400 lembar keluh kesah mereka akan korupsi. 99 penulis mencoba ambil peran untuk mengetuk nurani.
Harapan mereka sederhana, orang akan terketuk hatinya saat membaca sajak-sajak itu. Orang akan tersadar betapa hinanya menikmati harta yang seharusnya dinikmati orang lain.
(kha/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini