Penanaman kedelai ini sebagai wujud pencanangan program kedaulatan pangan untuk kemandirian bangsa. Penanaman kedelai dilakukan di di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek, Bantul yang merupakan salah satu lumbung pangan di wilayah itu.
Di hadapan kader partai dan warga Bantul, Megawati dalam pidatonya menyatakan keprihatinannya mengenai pengelolaan pertanian. Meski Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil pertanian namun kenyataannya masih banyak yang impor dari berbagai negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, beras misalnya masih impor dari beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, India. Demikian pula dengan kedelai juga harus impor dari negara lain.
"Gandum, kita bukan penanam gandum, tapi kita sudah dicekoki oleh roti sehingga harus impor sebesar 6,3 juta ton gandum senilai 2,3 juta USD di antaranya dari Australia," katanya.
Dalam pidato tersebut sesekali Megawati menggunakan Bahasa Indonesia campur Bahasa Jawa yang masih dikuasainya. Bahasa Jawa itu digunakan saat bertanya kepada para petani dan warga yang ikut hadir dalam acara tersebut.
"Daging sapi neng kene regane piro?" tanya Megawati.
"Murah po larang?" tanya Mega sekali lagi.
"Larang (mahal), satus ewu (seratus ribu-red)," jawab warga serempak.
Wakil Ketua DPD PDIP DIY Eko Suwanto menuturkan penanaman kedelai di Bantul di atas lahan sekitar 700 hektar itu merupakan komitmen partai dalam mewujudkan kedaulatan pangan dalam upaya mengatasi krisis menuju kemandirian bangsa Indonesia.
"Kebijakan pemerintah yang membebaskan masuknya kedelai impor dan tidak mendukung produksi petani Indonesia merupakan kebijakan yang salah. Petani harus dilindungi dan diberdayakan," katanya.
Turut hadir dalam acara itu di antaranya Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo, Ketua DPD PDIP DIY, Idham Samawi, Bupati Bantul Sri Suryawidati, Wakil Bupati Sleman Yuni Satya Rahayu dan lain-lain.
(bgs/try)