Saat sosialisasi berlangsung, pembicara menawarkan kepada para sopir untuk mengikuti terapi yang diberikan oleh Fuad Baradja. Sejumlah pengemudi langsung mengacungkan jari melihat tawaran terapi berhenti merokok.
"Hayo siapa lagi, mumpung gratis karena kalau di Singapura untuk berhenti merokok harus bayar 300 dolar," ujar salah seorang pembicara di terminal Kampung Rambutan, Kamis (26/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paus Siahan (49) salah seorang pengemudi menceritakan dirinya telah 30 tahun menghisap rokok. Selama menghisap berbagai keluhan dirasakan olehnya. "Begitu selesai terapi, mau merkokok sudah tidak enak karena di tenggorokan asapnya terasa menyangkut," ujarnya.
Paus mengatakan sudah sekitar 5 tahun terakhir dirinya memiliki niat berhenti merokok. Namun niatan tersebut tidak pernah tercapai karena kondisi lingkungan.
"Saya ingin berhenti dari dulu, tapi tidak kesampaian, karena sulit sekali banyak godaan," tuturnya.
Lain halnya dengan Erwin Suryaman, pegawai PO bus Karunia Bhakti, tersebut memiliki reaksi yang berbeda. Menurutnya terapi tersebut benar-benar ampuh.
"Terasa pahit kalau merokok sekarang, sudah begitu tiap cium bau asap rokok bawaannya mau muntah," tutur Erwin.
Ia memiliki alasan sendiri untuk berhenti merokok. Pasalnya sudah hampir 40 tahun dirinya menghisap rokok. "Pingin berhenti saja, lagi pula usia udah makin tua ditambah kondisi fisik badan juga makin menurun," tandasnya.
(edo/nal)