"Anggaran kami saat ini saja boleh dibilang pas-pasan bahkan cenderung kurang. Apalagi saya dengar tahun 2014 anggaran kami akan dipangkas hingga 40%," kata Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pusat Tanjung Pinang, Surya Pranata
Hal ini disampaikannya saat berbincang dengan para wartawan di kantornya, Tanjung Pinang, Rabu (26/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surya menuturkan jika ada rencana di tahun anggaran 2014, anggaran untuk Rudenim Tanjung Pinang akan dipangkas hingga 30%. Jika hal ini benar terjadi, maka ia hanya akan menerima Rp 3 miliar lebih untuk melaksanakan seluruh programnya.
"Yang Rp 5 miliar saja kurang. Apalagi kalau dipotong lagi," ungkapya.
Tak hanya mengeluhkan anggaran yang minim, ia juga mempermasalahkan tidak adanya rumah dinas untuk para pegawai Rudenim Tanjung Pinang. Sehingga ia harus menumpang rumah dinas pada pihak keimigrasian.
"Kita juga rumah dinas tidak ada. Jadinya teman-teman pegawai mentaktisi satu rumah kita ubah untuk beberapa kamar untuk ditinggali beberapa orang. Apalagi saya," ucapnya.
Anggaran untuk bagian keimigrasian di Indonesia memang berasal dari penghasilan non pajak. Rudenim Tanjung Pinang sendiri dalam melakukan melakukan beberapa programnya bekerjasama dengan IOM dan UNHCR. Untuk makan para imigran illegal yang tergolong irreguler saat ini dibiayai sepenuhnya oleh IOM.
"Rata-rata setiap bulannya mereka memberikan Rp 500 juta hanya untuk makan dan overtime. Itupun cenderung menurun juga," pungkas Surya.
Saat ini Rudenim Pusat Tanjung Pinang diisi oleh 348 detenim. 305 diantaranya adalah para pencari suaka yang berasal dari negara Afganistan, Myanmar Rohingya, Pakistan Sri Lanka, Vietnam dan beberapa negara lainnya.
(bil/gah)