Eks Kabareskrim: Polri Jangan Gegabah Sebut Penembak Polisi Teroris

Eks Kabareskrim: Polri Jangan Gegabah Sebut Penembak Polisi Teroris

- detikNews
Kamis, 19 Sep 2013 19:47 WIB
Jakarta - Mantan Kabareskrim Polri Komjen (Purn) Ito Sumardi meminta Polri tidak gegabah menyebut pelaku penembakan sejumlah anggota polisi sebagai teroris. Menurut Ito, Polri harus melakukan kajian penyebab sejumlah serangan terhadap kepolisian.

"Tentunya polisi yang sekarang tidak terburu-buru menyimpulkan teroris. Kalau terburu-buru menyimpulkan, menurut saya, apa preman itu bukan teroris? Preman juga teroris loh, dia menculik dan meneror," ujar Ito saat berbincang dengan detikcom di RS Siloam, Semanggi, Jakarta Selatan, Kamis (19/9/2013).

Ito menyebutkan adanya fasilitas Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Polri harusnya dioptimalkan untuk mendeteksi ancaman-ancaman ketertiban dan keamanan masyarakat. Sehingga melalui perbaikan standar operasional prosedur (SOP), ancaman tersebut bisa diminimalisir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Polisi yang bertugas dengan risiko tinggi harus dicover. Perbaiki juga SOP yang ada, karena rata-rata sudah out of date. SOP itu harus diupdate lagi sesuai perkembangan kekinian. Polisi sekearang punya Puslitbang Polri, itu tugas mereka seperti minta pendapat senior atau purnawirawan. Saya dengan senang hati memberikan masukan," ujar pria kelahiran Bogor Jawa Barat itu.

Ito juga mengharapkan masyarakat mendukung Polri dalam menegakkan hukum baik dengan cara preventif maupun represif. Bentuk dukungan yang dimaksud seperti penggunaan senjata api.

"Tolonglah polisi diberi payung hukum yang kuat, janganlah polisi menembak dipermasalahkan, sementara anggota akan gamang. Anggota diberikan tugas menegakkan hukum dengan cara preventif dan represif. Represif itu kasih kewenangan pegang senjata, tapi kalau sudah pegang jangan asal tembak. Kalau ada asal tembak, hukum polisinya," ujar Ito.

Pria yang ditunjuk jadi Dubes Myanmar ini juga mengharapkan Polri merangkul penuh masyarakat agar optimal dalam menjaga stabilitas keamanan. Hal ini bisa memberikan dampak positif terhadap ancaman seperti penembakan anggota Polri beberapa waktu lalu.

"Jadi kita semua berkontribusi memberikan masukan kepada Polri supaya jangan terjadi lagi. Kita harus konsekuen melaksanakannya," ujar Ito.

Sementara itu terkait kasus penembakan terakhir yang menewaskan Aipda Sukardi saat tengah menjalan tugas pengawalan, Ito menilai hal itu tidak termasuk korupsi. Ia meyakini mengawal sebagai salah satu bentuk pelayanan polisi di samping tambahan yang ada.

"Dia itu sedang melayani, mengawal, lepas dari ada tambahan. Daripada korupsi mending ngawal-ngawal. Itu buat saya bukan korupsi, mungkin dengan upah minimum saja gaji polisi kurang, padahal ada risiko yang harus ditanggung," tutup Ito.

(vid/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads