Hal itu dikatakan oleh Raja Kasultanan Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sultan sangat menyayangkan aksi perusakan makam oleh sekelompok orang tersebut.
Mestinya, aksi perusakan tidak perlu terjadi. Karena yang salah bukan yang sudah meninggal. Apabila terjadi penyalahgunaan, tentunya yang salah adalah yang datang bukan yang meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sultan berharap, pihak kepolisian untuk segera melakukan identifikasi kenapa perusakan ini terjadi.
"Wong yang salah bukan yang di makam kok, kan orangya yang datang. Bagi saya nggak ada logika," tutup Sultan, sambil masuk. Ke ruang kerjanya di komplek Kepatihan.
Kondisi makam yang dirusak sekelompok masa bercadar pada Senin malam, masih terlihat berserakan. Belum ada pihak yang berani merapikan atau membersihkan bekas perusakan.
"Nggak boleh diubah oleh polisi, jadi nggak ada yang berani," kata penjaga makam, Abu Giran.
Sekelompok masa merusak dengan merobohkan cungkup makam, memukuli nisan dengan besi, memecahkan kendi yang ada di samping makam, payung-payung pusaka roboh. Mereka juga melakukan aksi corat-coret di beberapa nisan dengan tulisan "syirik" di sekitar makam, diarea untuk sholat peziarah juga ditulis dengan cat "Syirik Haram"
Kelompok masa tersebut jumlahnya diperkirakan sekitar 30-an orang dengan membawa sepeda motor. Sebagaian masuk kedalam makam, dan sebagaian berjaga di luar.
(ndr/try)