Dibayangi Rasa Takut, Polisi Bolos Pura-pura Sakit

Rompi Antipeluru Polisi

Dibayangi Rasa Takut, Polisi Bolos Pura-pura Sakit

- detikNews
Senin, 16 Sep 2013 11:57 WIB
Tempat kejadian perkara tewasnya Aiptu Dwiyatna yang ditembak orang tak dikenal. (Foto: Lamhot Aritonang/detikFoto)
Jakarta - Sejumlah anggota polisi berpangkat bintara mengaku cemas, khususnya saat harus piket jaga pada malam hari. Kekhawatiran itu dipicu tewasnya 4 orang rekan mereka karena ditembak orang tak dikenal. Apalagi jarak waktu penembakan satu dengan lainya tak berselang lama, hanya dalam tempo dua bulan.

Beberapa anggota polisi berpangkat bintara pun terpaksa bolos kerja saat harus piket malam, dengan alasan pura-pura sakit. Pengakuan ini diutarakan salah seorang petugas di Pos Polisi di kawasan Jakarta Timur, Brigadir Kepala, RR kepada detikcom, Minggu (15/9) kemarin.

Polisi berusia 48 tahun ini tak menyangka semakin banyak orang yang menyerang polisi tanpa alasan jelas. “Ya takut lah. Denger berita saja kami kepikiran. Siapa sih yang mau ditembak begitu saja. Kami ini punya anak istri yang menunggu di rumah,” kata RR.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurut RR, tak semestinya bintara polisi di lapangan menjadi sasaran tembak hanya karena perilaku negatif segelintir anggota. Memang dia mengakui ada beberapa anggota polisi muda yang masih nakal mencari kesempatan untuk mencari duit tidak halal.

Namun, ketika seluruh polisi dianggap semua jelek, dan harus dihukum dengan cara ditembak, itu adalah perbuatan biadab. “Tidak benar itu. Tidak semua kami seperti itu (nakal). Polisi itu juga manusia yang punya nyawa dan ketakutan,” kata ayah dari dua anak ini.

RR mengaku selama 26 tahun menjadi polisi belum pernah mengalami kejadian marak penembakan misterius, khususnya di daerah yang relatif aman seperti Jakarta. Ia berharap ada sikap tegas dari pimpinan Kepolisian RI bisa mengungkap kasus penembakan ini.

Menurut dia apabila terus dibiarkan, pelaku bisa semakin berani melakukan aksi jahatnya. Selain itu, ada solusi agar para petugas di lapangan lebih merasa aman ketika bertugas. Misalnya ditambah peralatan lengkap seperti rompi antipeluru bagi setiap polisi yang bertugas dinas piket malam.

“Seperti koboi begitu nembak-nembak aja. Kami juga mikir kalau ada piket malam. Saya sudah tua, sekali-kali bolos Kamis kemarin alasan sakit dulu,” kata RR.

Rasa cemas juga dialami Ajun Inspektur Dua SHD, 44 tahun yang bertugas di salah satu pos polisi di kawasan Bekasi Timur. Apalagi saat harus piket malam. Menurut dia, polisi adalah pekerjaan yang sensitif karena selalu berurusan dengan penertiban tindak kejahatan.

Tak jarang muncul aksi balas dendam dari pelaku kejahatan yang ditindak polisi tersebut. “Kami sadar risiko pekerjaan. Tapi, siapa sih yang enggak ngeri. Istri kami itu bawel terus. Setiap jam dia kirim pesan pendek, tanya kabar kapan pulang ke rumah,” kata SHD kepada detikcom Sabtu (14/9) pekan lalu.

Menurut dia, kadang-kadang petugas yang berjaga di pos polisi pada malam hari dibekali dengan rompi antipeluru. Namun, tidak semua petugas mendapat atau diinstruksikan mengenakan rompi tersebut. Karena jumlahnya terbatas, rompi dipakai secara bergantian.

Petugas reserse kriminal dan intelijen yang mendapat prioritas utama mengenakan rompi antipeluru. Wal hasil petugas di pos polisi seperti dirinya mengalah.

“Ada sih di kantor sana. Cuma enggak semuanya. Saya sih berharap kepada pimpinan agar petugas di lapangan pakai (rompi antipeluru) juga lah. Diperbanyak jumlah rompinya,” kata SHD.

Tak hanya SHD dan RR, banyak polisi berpangkat bintara yang juga dibayangi rasa takut saat harus piket malam. Tak heran jika akhir-akhir ini, jarang polisi bertugas di jalanan saat sudah di atas jam tujuh malam. Mereka memilih bergegas pulang ketika jam kerja sudah usai.

Bahkan dalam empat hari ini, SHD mengaku ada dua temannya yang mendapat jatah piket malam membolos dengan alasan sakit. Padahal, sehari sebelumnya kedua temannya tersebut dalam keadaan sehat.

“Rata-rata angkatan saya itu (usianya) sudah di atas 45 tahun semua. Pikiran mereka lebih baik kumpul di rumah, aman sama keluarga,” kata SHD.

(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads