"Adik saya dulu juga bawa motor ke sekolah karena kalau naik angkot lama. Alasannya karena Angkot nggak mau pelajar naik karena bayarnya setengah harga," terang Melvy warga Bekasi Timur dalam surat elektroniknya yang dikirim ke redaksi@detik.com, Sabtu (14/9/2013).
Tak hanya itu saja, Melvy menuturkan, di Angkot kerap ada pengamen dan tukan palak. Dia berharap ada perhatian pemerintah sehingga pelajar bisa bersekolah dengan nyaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tak mengenakkan juga dialami Fajar yang saat SMP terpaksa memakai motor. Dia pernah menggunakan Kopaja jurusan Blok M-Ciledug. Tapi apa yang terjadi, dia menjadi korban pemalakan dan juga hampir menjadi korban tawuran.
"Karena kita sudah tahu, sudah bukan rahasia lagi bahwa di angkutan umum sekarang sudah tidak aman. Jangan asal melarang siswa membawa kendaraan pribadi, tetapi lihat dampaknya yang ditimbulkan apabila "kebijakan" itu yang akan bapak-bapak jalani," imbuhnya.
Sementara menurut Meta Palupi, banyak angkutan umum yang ogah-ogahan menerima pelajar. Tapi yang utama, menurut dia soal keamanan.
"Baru-baru ini anak saya kecopetan HP-nya saat berdiri berdesak desakan di dalam bus. Dengan kondisi transportasi yang tidak aman, anak-anak ini sudah mengalami stres di perjalanan sebelum menerima ilmu di sekolah," harapnya.
(ndr/trq)