Sebaliknya semua pakaian modis kontestan harus sesuai syariat islam. Apalagi tahun ini aspek penilain tak hanya melibatkan unsur kecantikan. Melainkan didasarkan pada tiga hal yakni Sholeha, Smart dan Stylish.
Sholeha adalah penilaian karakter di mana peserta akan mengaji bersama untuk mendapatkan 10 besar. Setelah itu ada segmen SMART yakni menilai komitmen hingga terpilih lima besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya memang dalam pagelaran nanti, peserta tetap akan berlenggak lenggok di atas catwalk. βYa kami tetap ada runway tapi bukan untuk berpose atau hanya berlenggak lenggok hanya untuk dilihat. Tapi saat dia berjalan tentu dengan koreografi,β kata Eka kepada detikcom, Kamis (12/9) kemarin di Menteng, Jakarta Pusat.
Pada saat malam final nanti ada beberapa artis tanah air yang akan meramaikan acara World Muslimah. Seperti Raisa, Melly Goeslaw, dan Opick. Meski berlabel World Muslimah, namun beberapa bintang tamu tidak berhijab saat mengisi acara.
βItu sebagai salah satu keberpihakan bahwa ini bukan perempuan berhijab saja yang bisa Sholeha, Smart dan Stylish. Ketiganya bisa dipakai oleh perempuan mana pun, agama apapun,βkata Eka.
Kegiatan World Muslimah ini diikuti oleh 20 finalis usia 18-27 tahun dari enam Negara yakni Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, Bangladesh, Nigeria dan Iran. Finalis itu tersaring dari 550 pendaftar dari total 11 negara.
Tak hanya model, Eka mengatakan para kontestan datang dari berbagai latar belakang pekerjaan seperti dokter, insinyur, arsitek, maupun pekerja seni seperti pelukis.
Meski berlabel 'Muslimah', namun World Muslimah juga menimbulkan pro dan kontra. Koordinator Divisi Dakwah Khusus Majelis Tabligh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Agus Tri Sundari, mengatakan ajang World Muslimah tidak perlu dibesar-besarkan.
Kontes tersebut perlu ditelaah lebih jauh karena tujuan ke depannya belum diketahui. Menurut dia umat Islam lebih baik fokus untuk memperbaiki aqidah, dan membangun bangsa yang semakin terpuruk karena mental korupsi.
"Masih banyak urusan penting yang perlu dipikirkan. Waktu kita jangan sampai habis untuk bahas yang tidak penting," katanya kepada detikcom, kemarin.
Senada dengan Agus, politikus Partai Persatuan Pembangunan Reni Marlinawati mengatakan pergelaran World Muslimah di Jakarta perlu dikaji.
Menurut dia, masih banyak persoalan yang lebih penting dan mendasar untuk dipikirkan.
Selain itu, masyarakat sudah dibuat bingung dan diharapkan tidak menjadi pro dan kontra. "Kalau sifatnya hanya tandingan bukan ajang permanen kontinyu, ngapain digelar? Lebih baik duitnya untuk promosikan wisata Indonesia," kata dia.
(erd/erd)