Museum Gajah: Dirampok Kusni Kasdut hingga Kecurian Emas

Museum Gajah: Dirampok Kusni Kasdut hingga Kecurian Emas

- detikNews
Kamis, 12 Sep 2013 16:23 WIB
Museum Nasional alias Museum Gajah (Putri/detikcom)
Jakarta - Museum Nasional atau yang populer juga disebut Museum Gajah baru saja kehilangan 4 koleksi benda purbakala berlapis emas. Pencurian ini bukan kali ini menimpa museum yang terletak di jantung ibukota Jakarta. Dulu sekali, tahun 1961, ada seorang pencuri benda seni legendaris, Kusni Kasdut, yang melancarkan aksinya di museum ini.

Kusni yang konon adalah tentara pejuang yang melawan penjajah Belanda pada masa revolusi 1945 dan gagal masuk TNI beberapa kali karena ditolak itu sudah menjadi residivis saat mencuri di Museum Gajah.

Kusni yang bernama asli Waluyo itu pada tahun 1960-an, dengan sepucuk pistol menembak seorang keturunan Arab kaya raya bernama Ali Bajhened, kemudian namanya makin berkibar sebagai pencuri benda seni saat dia merampok Museum Gajah pada 31 Mei 1961.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kusni menyamar dengan mengenakan seragam polisi, masuk ke museum, menyandera pengunjung dan menembak mati seorang petugas museum. 11 Permata koleksi museum dibawa lari.

Kusni kemudian ditangkap saat menjual permatanya di Semarang. Kusni, konon, membagikan harta rampokannya pada orang-orang miskin hingga dia dijuluki 'Robin Hood Indonesia'. Kusni kemudian dijatuhi hukuman mati atas kejahatan yang dilakukannya.

Di penjara, Kusni kemudian bertobat dan dia dibaptis menjadi pemeluk Katolik dengan nama Ignatius Waluyo. Sebelum dihukum mati, Kusni sempat membuat lukisan Katedral dari gedebok pisang yang masih tersimpan di Katedral Jakarta.

Kabar grasinya yang ditolak presiden diterimanya saat dia mendekam di LP Kalisosok pada Februari 1980. Kusni kemudian dieksekusi pada 16 Februari 1980 di dekat kota Gresik, Jawa Timur.

Selang 5 dasawarsa kemudian museum ini kembali kecurian. Tak tanggung-tanggung benda yang dicuri koleksi langka dan amat berharga. Benda purbakala yang berlapis emas.

"Ada 4 artefak benda purbakala berlapis emas yang hilang dari ruangan," jelas Kanit Reskrim Polsek Gambir Kompol Joko Waluyo di Museum Gajah, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Pencuri diduga beraksi pada Rabu (11/9) malam. Mereka mencuri benda yang berada di lantai dua gedung itu. Belum diketahui apakah pencuri itu memang mengincar benda itu.

"Saya bingung padahal penjaganya 24 jam. Tapi bisa saja benda kaya gini hilang, usianya sudah ratusan tahun," terang Joko.

Pihak Museum Gajah sendiri pernah mengungkapkan rencana menambah CCTV untuk mencegah pencurian benda seni ini. Maklum, koleksi museum ini terbilang komplet dengan 10 kategori ruang pamer ruang etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, mata uang (numismatik), peninggalan bersejarah, harta karun dan pahatan batu, serta geografi. Ada 140 ribu koleksi di museum, termasuk keramik, tulang belulang, arca, kain dan sebagainya yang menunjukkan perkembangan peradaban di Indonesia.

Gedung Museum Gajah sendiri juga termasuk bersejarah karena dibangun pemerintah Hindia Belanda tahun 1862 untuk memfasilitasi benda-benda koleksi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG). BG adalah lembaga independen yang didirikan Belanda 24 April 1778 untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah.

Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868 hingga akhirnya pada 26 Januari 1950, BG diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.

Beberapa tahun terakhir juga berdiri gedung museum yang lebih modern dan bertingkat di samping gedung museum lama. Lantai dasar gedung itu terkadang dipakai untuk seminar, simposium hingga pameran seni. Dengan fasilitas yang makin canggih dan modern seperti itu, sangat disayangkan ada koleksi museum yang dicuri.

Nah, apakah pencuri 4 benda purbakala berlapis emas ini akan berhasil ditangkap? Kita tunggu saja.

(nwk/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads