"Gini loh, bukan berarti bodoh, tapi artinya tidak sesuai dengan harapan kita. Konsep melayaninya pas-pasan, standar saja. Itu mungkin yang masuk karena dia sudah terlalu lama di zona nyaman. Dia nggak mengerti lagi melayani orang," kata pria yang akrab disapa Ahok itu di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (12/9/2013).
Ahok mengatakan sebanyak 60 persen camat hasil seleksi kurang optimal dalam melayani. Sisanya sekitar 30 sampai 40 persen sangat baik melayani, sehingga ia mengharapkan mampu meningkatkan 60 persen camat yang masih minim dalam melayani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok berencana akan kembali menguji 60 persen camat yang mengecewakan itu. Kesempatan kedua untuk para camat itu pun terbuka lebar untuk yang mau belajar dan meningkatkan pelayanan.
"Kita tes dulu. Sekali lagi PNS DKI nggak ada yang bodoh. Tapi ini soal peduli atau tidak peduli, peduli itu bisa dilatih. Kalau orang takut dipecat, bisa belajar. Kalau dia bodoh ya susah. Setelah kita dapatkan guru-guru dan dinas, akan kita adakan lagi. Kita evaluasi lah, kasih kesempatan. Tapi bisa saja tengah jalan kita copot," ujar Ahok.
(vid/mok)