Yorrys mengungkap internal Golkar makin memanas menjelang Rapimnas Golkar Oktober mendatang. Hal ini disebabkan 'silent majority' yang kecewa terhadap kepemimpinan Ical mulai bergerilnya.
Di awal kepemimpinannya Ical sempat mengibaskan angin segar. Janji-janji politik Ical sempat menjadi harapan elite Golkar dari pusat hingga daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Catur sukses yang disiapkan sebagai amunisi memenangkan Golkar di Pemilu 2014 justru diabaikan. "Partai Golkar pun menjadi partai besar yang tidak terurus," kritik Ketua Umum AMPG ini.
Karena kelalaian ini, lanjut Yorrys, konsolidasi internal Golkar pun semakin rapuh. Kaderisasi juga tidak berjalan dengan baik. Menurutnya kondisi ini tidak terjadi jika Ical berpegang teguh pada politik internal yang sejak awal ia gaungkan.
"Rekayasan pencapresan Aburizal Bakrie telah menjadi senjata makan tuan. Tidak hanya menggerus kepentingan sendiri tapi juga semakin merapuhkan soliditas partai mulai tingkat elit hingga grass root," bebernya.
Sederet kekecewaan di DPD II Golkar pun mulai menggelora jelang Rapimnas. Karena penetapan Ical sebagai capres dinilai Yorrys mengabaikan suara grass root yang diwakili DPD di tingkat II.
"Suara tersebut sayup terdengar, teredam oleh aksi-aksi intimidasi dan pembungkaman," gugatnya.
"Kondisi ini menunjukkan bahwa penetapan Aburizal Bakrie sebagai capres tidak lagi menjadi langkah tepat dan strategis. Sebaliknya menjadi beban," lanjut anggota Komisi I DPR ini.
Karena itu Yorrys mendorong evaluasi pencapresan Ical di Rapimnas Golkar mendatang. "Kritik dan opini terkait pentingnya mengevaluasi pencapresan Aburizal Bakrie sepatutnya tidak direspons dengan sinis dan reaktif. Jika pada akhirnya publik berkata lain, maka panggung pencapresan Aburizal Bakrie tidak seharusnya dipaksakan yang pada giirannya hanya akan menjadi beban bagi Partai Golkar," tandasnya.
(van/try)