“Namanya juga penyemangat, lagian mainnya kan sampai siang-siang. Kalau main sama yang cakep lebih semangat,” kata Arista kepada detikcom, Jumat (30/8) lalu. Namun pria yang kini mengaku sudah berhenti main golf itu buru-buru menambahkan, profesi caddy tak semuanya dilakukan oleh perempuan.
Kehadiran caddy perempuan sepertinya sudah menjadi magnet dan penyemangat bagi pegolf. Hal ini dikatakan salah seorang pengusaha dan maniak golf, NW, 43 tahun. Dibanding cady pria, ia lebih cocok dengan cady perempuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski memilih caddy perempuan, bukan berarti NW genit. Bagi dia, cady itu bukan sekedar pengarah tapi juga asisten saat bermain di lapangan. NW tidak menampik banyaknya pengusaha yang genit terhadap caddy.
Biasanya, pengusaha yang cenderung genit itu menang taruhan dengan pengusaha lain. Tak hanya pengusaha, banyak juga pejabat eselon dua dari kementerian tertentu yang bandel dan punya caddy langganan. Kalau pejabat itu main, biasanya caddy selalu bareng berangkat dan pulang.
Selain dari pegolf, rayuan sering juga datang dari caddy. Mereka, -caddy genit- justru mengajukan diri untuk diajak kencan atau sekedar makan malam. “Itu mah sudah biasa. Di golf itu semua karakter orang kelihatan. Mana yang jujur, baik, bermuka dua, emosian, sampai darah tinggi. Ini olahraga buat ngelihat karakter orang yang main,” kata NW.
Anton Widodo, 54 tahun, pengusaha bahan baku kimia makanan di Kelapa Gading, Jakarta utara punya alasan soal caddy wanita yang pada umumnya berpenampilan menarik. “Karena kan selama berjam-jam stres juga, capek kan kalau misalnya dia sudah kita bayar tapi jelek,” kata Anton saat dihubungi, Minggu (1/9) kemarin.
Dia mengakui sebenarnya caddy tak harus perempuan berparas menarik. Bahkan di lapangan juga ada banyak caddy pria dan tak ada masalah bagi para pemain golf. “Oke saja sih kalau pun ada caddy laki-laki, karena biasanya dia lebih jago ngajarin kami,” kata dia.
“Jadi tergantung motivasi aja, kalau kami kan datang buat olahraga, yang penting caddy jangan bodoh saja,' tambah Anton.
Pekerjaan seorang caddy tak sebatas membantu meletakkan bola tapi harus punya skill lain. Anton mengatakan seorang caddy juga dituntut untuk bisa mengarahkan pemain saat akan mengayunkan tongkat golfnya. Karena itu, ayah dua anak ini mengaku sering meminta ditemani oleh caddy senior.
“Tapi kadang-kadang kalau sudah habis dikasih yang muda juga, ya udah kesal , kalau sudah kesal mainnya terganggu,” ujar dia.
Secara terpisah, Dirga Adhi Putra, 26 tahun membantah jika caddy kurang cantik akan mengendorkan semangat para pemain. Baginya yang penting para caddy bersikap ramah. “Enggak juga sih, kalau saya karena tujuan saya memang untuk olahraga jadi saya enggak masalah dengan itu, kan ada juga caddy yang cowok.
Direktur Eksekutif Damai Indah Golf, S. Christine Wiradinata mengatakan sudah sewajarnya caddy dituntut berpenampilan menarik, seperti halnya dalam bisnis lain. “Ini kan kayak bekerja di restoran, harus bertemu dengan orang.
Tapi, Christine tak menuntut agar caddy-caddynya berpenampilan heboh dengan make up atau bulu mata palsu. “Dandan yang sepantasnya, karena kalau dandan full di bawah terik matahari malah jadi noraklah,” ujar dia.
(erd/erd)