Pengusaha pemasok barang-barang elektronik ini mengaku memberikan servis kepada pejabat terkait seperti kewajiban yang terjadwal. Edo juga mengaku untuk menyiapkan servis jamuan main golf minimal Rp 10 juta untuk satu pejabat yang disiapkan dari kantong pribadinya. Jumlah tersebut belum termasuk makan dan urusan lainnya.
Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak 2007 dan dianggap berhasil melancarkan bisnisnya mulai dari mengimpor barang hingga penjualan ke berbagai daerah. Sebelumnya, ia tidak pernah memakai "jalur golf" dan hasil usahanya tidak terlalu signifikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara blak-blakan ia mengungkapkan kebiasaan tersebut sudah menjadi pola rutin bagi pengusaha kelas menengah seperti dirinya yang belum punya relasi kuat di instansi pemerintahan.
Edo mengaku dan ia rekan-rekan pengusaha lainnya hanya sekadar kenal dengan pejabat terkait karena untuk keperluan tertentu. Hal ini yang membuat pengusaha harus rajin merayu demi melancarkan urusannya. “Sekali-kali di Bogor yang elite kalau undang dia (pejabat). Kita sama-sama ngerti lah,” ujarnya.
Sebagai pengusaha, Edo biasanya setiap pekan menghabiskan waktu bermain golf di salah satu lapangan di Jakarta Timur. Ia menjadi member dengan biaya Rp 10 juta per tahun. Bila ada keinginan bermain di lapangan golf lain yang bukan anggota, ia mengaku menghabiskan Rp 300 ribu– Rp 500 ribu untuk sekali main.
Bagi dia, uang masih bisa dicari. Tapi, kesenangan dan kesehatan batin sulit dicari. Soal lapangan, Edo pun pilih-pilih juga. Selain memilih lapangan yang agak lumayan, ia juga ikut melihat kualitas caddy. “Kalau saya mah, yang penting caddy rapi dan cakep. Jangan jorok penampilannya. Saya jadi gak semangat kalau main,” ujarnya.
Anggota Komisi IX DPR Poempida Hidayatullah mengakui golf memang bisa dijadikan celah untuk melobi dan menjaring relasi yang luas. Hal ini dialaminya ketika ia masih aktif di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang melihat seringkali pihak tertentu melakukan lobi negatif untuk melancarkan tendernya. “Peluangnya ada karena relasi di golf itu berputar. Jaringan benar-benar ada,” kata Poempida kepada detikcom Sabtu pekan lalu.
Meski demikian, politikus Partai Golkar ini menegaskan hal tersebut juga tergantung kepada orangnya masing-masing. Ia menjelaskan pihak swasta berani melobi karena memang diberi jalan oleh pejabat tertentu.
Hal ini seperti menjadi kebiasaan bila ada keperluan tender, yakni solusi pendekatannya melalui bermain golf. “Itu sudah lama. Tapi, tidak semuanya seperti itu tergantung kepentingannya,” kata pria kelahiran 18 Maret 1972 ini yang ketika masih aktif di Kadin rutin bermain golf.
(brn/brn)