"Namanya musim kemarau sekali-kali ada gangguan cuaca terkait misalnya, tekanan rendah di daratan Australia. Tekanan rendah di sana pengaruhnya sampai ke Jawa bagian barat. Akibatnya hujan beberapa hari, seperti di Sukabumi ada hujan es. Tidak lama, beberapa hari saja lalu lewat," ujar Kepala Bidang Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Heryadi.
Hal itu dikatakan Heryadi saat dihubungi detikcom, Senin (2/9/2013). Fenomena tekanan rendah di daratan Australia yang berimbas hujan di Jawa bagian barat, terjadi sejak tanggal 29-31 Agustus 2013. Lepas tanggal itu, pengaruh tekanan rendah Australia itu sudah melemah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhu panas ini, menurut Heryadi, tidak terlalu ekstrem, masih berkisar antara 33-34 derajat Celcius. Namun, panas di suatu wilayah juga dipengaruhi kondisi lokal wilayah itu.
"Misalnya di kota yang banyak aspalnya, banyak semennya atau di perkotaan berbeda panasnya, lebih panas dibanding dengan wilayah yang banyak rumputnya. Jadi kondisi mikro juga berpengaruh," tuturnya.
Selain itu, anomali suhu muka laut yang lebih tinggi masih terjadi bisa berpengaruh untuk menurunkan hujan. Secara umum di Indonesia, musim kemarau masih kering sampai September 2013. Kondisi itu dirasakan di Sumatera bagian selatan, memanjang ke Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur.
"Kalimantan, Sulawesi, Sumatera bagian tengah cenderung masih ada hujan karena lebih dekat ke ekuator," tuturnya.
(nwk/nrl)