Monyet di Hutan Merapi Alami Obesitas

Monyet di Hutan Merapi Alami Obesitas

- detikNews
Sabtu, 31 Agu 2013 03:36 WIB
Ilustrasi (dok. detikcom)
Yogyakarta - Pasca erupsi Merapi tahun 2010 lalu, ribuan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang sempat menghilang dari kawasan hutan di Kaliurang, Pakem Sleman. Tiga tahun berselang, kera-kera tersebut sudah kembali menetap di hutan di sekitar obyek wisata Kaliurang.

Kera-kera yang sebelumnya hidup liar di hutan kawasan selatan lereng Merapi itu, sifatnya cenderung jinak dan manja. Karena tersedianya makanan yang banyak kera-kera tersebut juga mengalami obesitas atau kegemukan.

"Kera di kawasan Kaliurang saat ini sudah mengalami obesitas. Perilakunya berubah, tidak seperti monyet-monyet lainnya. Perawakannya pun kini menjadi gemuk-gemuk karena makanan yang banyak dan mudah," ungkap Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Asep Nia Kurnia di kantor Kaliurang, Pakem Sleman, Jumat (30/8/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah karena kera-kera tersebut banyak diberi makanan oleh pengunjung obyek wisata Kaliurang. Gerombolan kera ini juga berubah perilakuknya dari yang biasa makan buah-buahan yang ada di hutan, kini memakan makanan instan. Bahkan, minumannya beralih dari air yang diserap dari buah liar atau di sungai, kini meminuman air bersoda.

"Kera jadi ketagihan, kalau melihat pengunjung membawa (tas) kresek, langsung dihampiri. Monyet itu sudah terpengaruh dengan kehadiran pengunjung," katanya.

Selain karena bergantung pemberian makanan dari pengunjung, di Kaliurang juga berdekatan dengan perkebunan warga. Kera-kera tersebut dengan cepat menyesuaikan, dan mencari makan di perkebunan.

"Kita sulit melarang kepada para pengunjung untuk tidak memberi makan kepada kera. Sebaliknya pengunjung juga senang memberi makan, katanya.

Asep menambahkan kehidupan kera di hutan Merapi yang mempunyai luas 6.410 hektare, tersebar di beberapa tempat diantaranya hutan di Kaliurang, Kalitengah Lor Desa Glagaharjo, Cangkringan, Kemalang (Klaten), Kemusuk, Gunung Bibi Kabupaten Boyolali, dan Hutan Ngargomulyo Kecamatan Dukun, Magelang.

"Saat ini yang paling banyak, berada di Kaliurang, karena memang hutannya alami dan lebih baik dibandingkan lainnya," katanya.

Menurutnya untuk mengembalikan kehidupan satwa maupun fauna di hutan Merapi yang rusak akibat erupsi 2010, TNGM telah menanam kembali tanaman lokal di bekas material lahar. Tanaman itu diharapkan bisa menjadi sumber makanan satwa Merapi sehingga tidak merusak kebun atau lahan warga.

"Lima tahun ke depan sejak 2011 kta telah menanam 1.000 hektare. Kalau yang rusak seluas 2.400 hektare, dan sampai kini sudah selesai 400 hektare dengan ditanami, tumbuhan seperti Puspa, Salam, Duwet, dan Gayam," katanya.


(rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads