Karena itu Ganjar ingin mengurangi pengawalan dengan voorijder. Ganjar mengatakan, semasa kuliah ia sebal jika mobil polisi pengawal pejabat mulai meliuk-liuk membuka jalan sambil membunyikan sirine.
Pria berambut putih itu pun berkeinginan jika ia tidak sedang buru-buru, maka tidak perlu ada pengawalan menggunakan voorijder.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu ia juga tidak mau jika setelah menjabat sebagai Gubernur ia mendadak seperti "lumpuh" karena segala hal dilayani termasuk membukakan pintu.
"Saya pernah diledekin sama teman di Jakarta, katanya mentang-mentang sudah jadi Gubernur, buka pintu aja dibukain," tandasnya.
Ganjar juga lebih suka menggunakan pesawat kelas ekonomi dan masuk atau keluar lewat pintu umum, bukan VIP. Hal itu seperti yang terjadi sore tadi, setelah pulang dari Jakarta dan membawa pulang penghargaan bidang Iptek.
"Saya naiknya pesawat ekonomi saja dan kalau tidak terlalu penting tidak usah banyak-banyak yang ikut," tandasnya.
Politisi dari PDIP itu pun mengatakan kalau ia tidak suka protokoler, jadi jika ada yang ingin bicara dengannya bisa langsung colek kalau ketemu, tidak usah menggunakan perantara. "Saya tidak suka protokoler, kalau ketemu colek saya saja tidak apa-apa," katanya.
Bahkan ganjar mempersilahkan jika ada yang merasa tidak cocok dengan kinerjanya kemudian ingin meluapkan emosi maka bisa langsung dilontarkan. Namun dengan syarat bertemu empat mata.
"Marah-marah tidak apa-apa asal empar mata. Itulah pola komunikasi yang ingin saya bangun," sambung Ganjar.
Usai memberi pengarahan kepada jajaran SKPD, Ganjar didampingi Kepala Biro Humas Provinsi Jateng, Agus Utomo menyempatkan melihat-lihat kantor barunya yang sama sekali belum pernah dimasukinya sejak dilantik seminggu lalu.
"Kantorku belum tahu, semoga belum diambil orang. Saya ini belum tahu ruangan saya," candanya.
(alg/gah)