"Dari dulu saya tidak ingin jadi walikota, sungguh!" kata Risma saat bertemu para pemimpin redaksi di rumah dinas walikota Surabaya, Minggu (25/8/2013) malam.
Risma memahami dirinya bisa menjadi walikota karena memang sudah menjadi kehendak Tuhan. Jabatan walikota merupakan pelayan masyarakat. "Karena itu, saya selalu mengingatkan kepala-kepala dinas bahwa tugas utama kita adalah melayani masyarakat," kata perempuan 52 tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat sidang paripurna, DPRD merekomendasikan kepada Mendagri untuk melengserkan Risma. Meski diusung oleh PDIP, anehnya saat itu para politisi PDIP juga mendukung pelengseran mantan Kepala Dinas Pertamanan itu.
Tapi Tuhan berkehendak lain. Pelengseran Risma tidak menjadi kenyataan, karena Mendagri menolak rekomendasi DPRD Surabaya. Akhirnya Risma masih tetap menjadi walikota hingga sekarang. Masih ada waktu dua tahun lagi bagi Risma untuk menyulap Surabaya lebih 'cling'.
"Saya jangan ditanya politik. Kalau politik, saya tidak paham. Sungguh. Jadi, nanti kalau ada pertanyaan, jangan mengarah ke politik ya," pinta salah satu nominator walikota terbaik sedunia ini.
Menjabat walikota, tidak ada keharusan bagi Risma untuk tinggal di rumah dinas. "Saya tetap tinggal di rumah saya yang kecil. Jadi nanti kalau bapak-bapak pulang, saya juga akan pulang ke rumah saya," kata dia.
Risma bercerita pernah suatu saat dirinya didemo pada malam hari oleh sekelompok orang yang tidak setuju dengan kebijakannya. Mereka mendemo di depan rumah dinas karena mengira Risma menginap di sana. "Saya tidak terganggu dengan demo itu, lha wong saya menginap di rumah saya kok," kisah Risma.
(asy/nrl)