Sebagian dari mereka tampak tertawa lepas sementara yang lainnya hanya berbincang seraya sesekali menggoda pengendara wanita yang sedang melintas dengan sepeda motor tanpa mengenakan helm. Para remaja putra ini tidak hanya nongkrong biasa, berulang kali mereka menuang minuman keras jenis anggur putih dan anggur merah.
Untuk menutupi dari pengguna jalan ataupun yang juga nongkrong di flyover Kalibata, minuman hasil fermentasi tersebut mereka masukkan ke dalam botol aqua lalu membungkusnya dengan kantong kresek hitam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toni mengaku nongkrong di flyover Kalibata sudah menjadi agenda rutin dirinya dan rekan-rekannya. Minimal, mereka nongkrong di Kalibata tiga kali dalam sepekan dan selalu membawa minuman keras. "Kalau malam biasa 'minum'nya dikit," ujarnya dengan mulut berbau alkohol.
Menurutnya selama ini tidak ada yang menegur ataupun petugas yang melakukan penertiban terhadap ia dan rekan-rekannya yang acap kali nongkrong di flyover. Kendati demikian ia tidak memungkiri bahwa nongkrong di flyover dapat membahayakan keselamatannya jika ada pengendara yang oleng mengemudikan kendaraannya. "Tapi gak pernah ada tuh."

Selain tongkrongan mabuk, flyover Kalibata juga dijadikan para remaja putri sebagai tempat 'kongkow' seperti Dwi, 17 tahun, dan dua rekannya. Anak baru gede (ABG) ini mengaku memilih flyover agar lebih bebas berteriak dan tidak mengganggu orang lain.
"Di sini bebas teriak. Kalau di rumahkan ganggu warga dan bisa dimarahin," ungkap Dwi yang rambutnya berpotongan poni ini saat ditemui detikcom Sabtu pekan lalu.
Pelajar kelas dua sekolah menengah atas swasta di Jakarta Selatan ini mengaku ia biasa nongkrong di flyover Kalibata untuk melepas stres jika sedang ada masalah baik di sekolah, keluarga, maupun dengan teman-temannya. "Kalau lagi stres aja, kan butuh teriak biar plong," ujarnya ceplas-ceplos.
Dwi juga mengaku ia dan rekan-rekannya kerap digoda para pengendara yang melintas dan orang-orang yang juga nongkrong di flyover. Namun hal tersebut tidak membuatnya takut dan khawatir sebab selama ini ia menganggapnya masih dalam batas normal. "Sering digodain, ada juga yang minta nomor HP, tapi cuekin aja," ujar warga Warung Buncit ini.
Perbincangan dengan Dwi pun terhenti, suasana di flyover Kalibata semakin riuh ketika lampu jalan mendadak padam. Para remaja tersebut semakin menikmati suasana flyover yang tanpa penerang tersebut. Sebagian dari mereka yang berpasang-pasangan larut dengan gaya pacaran yang sudah menjurus ke perbuatan mesum.
(brn/brn)