Bertempat di dekat Atrium India, Mal Artha Gading, Jakarta Utara, Aini bersama lima rekannya berlomba mencari pengunjung mal yang baru turun dari eskalator. Sejumlah nasabah yang hadir bersama keluarganya untuk sekadar jalan-jalan juga tidak lepas dari incaran penawarannya.
Dia mengeluarkan jurus rayuan hingga tawaran hadiah boneka gantungan kunci kepada yang bersedia. Tapi, sebagian besar pengunjung mengacuhkan. Kadang, tidak mempedulikan kehadiran Aini dan teman-temannya sama sekali. “Sepi Bang sampai jam 4 sore. Baru berdua aja yang dapat. Itu juga satu-satu,” kata Aini mengungkapkan ketika ditemui detikcom, Jumat pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila dapat delapan nasabah dalam sehari, bonus siap menanti dengan fee sekitar Rp 350 ribu. Adapun kalau hitungan satu nasabah mendapatkan fee Rp 40 ribu. “Susah bisa dapat delapan, target bikin stres. Sehari dapat empat aja udah syukur. Itu juga udah ditawarin macam-macam hadiah,” ujar perempuan yang baru setahun menggeluti sales kartu kredit ini.
Dalam kerjanya, Aini juga tidak menampik kalau ia pernah menyebarkan satu data nama ke beberapa teman sales dan atasannya. Tapi, itu berdasarkan instruksi teman-teman yang lebih senior. Ia hanya mengetahui kalau data itu sudah dikumpulkan dan banyak, akan dicarikan “link” yang membutuhkan.
Biasanya hal ini dilakukan kalau sepi fee dari pembuat kartu kredit. “Kalau sudah laku, biasanya kita-kita yang kasih data dapat uang jajan makan bakso lah. Dipakai buat apa, saya kurang ngerti,” ujarnya.
Namun, untuk sekarang, kebiasaan itu sudah berkurang karena kerap mendapat peringatan langsung dari perusahaan outsourcing maupun bank bersangkutan. Menurut Aini, berbeda dengan setahun lalu yang masih longgar karena sesama teman sales kartu kredit bisa saling menukar data nasabah.
Bahkan, kata Aini meneruskan, seorang temannya lima bulan lalu pernah menjual daftar nama baru kepada marketing surat kabar untuk dijadikan referensi pelanggan medianya.
Untuk harga, ia tidak mengetahui karena bisa negosiasi. Tapi, biasanya misalkan 300 nama serta nomor ponsel yang aktif bisa dijual Rp 100 ribu. Cara lain, dulu kalau setiap sales ada data 20 nama yang baru dalam seminggu itu bisa jadi duit misalkan ada sales lain di lapangan yang membutuhkan.
Tapi, itu juga pilih-pilih teman dan asal tidak ketahuan sama perusahaan ataupun bank langsung. “Sekarang kalaupun ada itu hati-hati. Yang udah kenal-kenal saja. Soalnya agak ketat sekarang. Duitnya enggak seberapa, tapi kan sanksinya bisa dipecat kan, Bang,” katanya.
*****
Abdi Adirengsa, 31 tahun, terlihat tegang karena perintah bosnya mengharuskan dirinya mendapatkan data terbaru untuk pencarian pelanggan. Koordinator telemarketing di salah satu perusahaan media ini mengaku relasi yang dikontaknya hanya punya daftar nama lama dan belum ada yang baru.
“Iya nih, bro. Gue sudah kontak tiga orang yang langganan, mereka belum ada yang baru. Nah, kan anak-anak ingin telepon-telepon cari pelanggan,” kata Abdi kepada detikcom, Kamis pekan lalu.
Dia mengakui biasanya dapat data baru sebulan sekali dari relasinya divisi marketing, marketing komunikasi, dan sirkulasi. Sekali dapat, daftar nama kontak bisa mencapai 500–800 lengkap dengan nomor ponselnya. Untuk harga, biasanya 500 nama dibeli Rp 200 ribu. Sementara, untuk 800-1000 nama serta kontak bisa dibanderol Rp 300 ribu. Harga tersebut masih bisa negosiasi karena sudah menjadi langganan.
Disinggung asal sumber data, Abdi hanya mengetahui biasanya dari database sales bank. “Itu urusan orang lapangan yang sudah kenal. Gue juga udah kenal sih, cuma biasanya mesan sama yang sekalian jalan. Nanti kan bisa dikirim email atau di simpan di flash disk,” ujar pria kelahiran Banten ini.
Menurut dia, meski di internet semakin menjamur mempromosikan penjualan database, tapi tidak menjamin validasi data. Memang kalau dari harga, jauh lebih murah. Tapi, tidak ada garansi karena penjual tidak pernah menggunakan.
Ia menyebut, nasabah kartu kredit diminati datanya karena dianggap royal dan doyan belanja. “Nyari yang pasti-pasti saja. Ada juga sih database asuransi. Tapi, lebih bagus yang kartu kredit,” katanya.
(brn/brn)