Sambil menghalau bosan dan menghabiskan waktu, beberapa orang terlihat bercakap-cakap. Lainnya ada yang sibuk mengecek telepon genggam di tangannya, merokok dan sesekali mengelap keringat di keningnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi Jumat itu, tak terlihat satupun pedagang kaki lima yang biasanya tumpah ruah di trotoar dan badan jalan. Penertiban sudah dilakukan oleh Satpol PP sejak 3 bulan silam tapi masih saja ada pedagang yang kucing-kucingan.
Puncaknya sejak malam takbiran, PKL sudah tak diizinkan lagi berjualan sampai seterusnya. Mereka dipindah ke pasar Lokasi Binaan yang ada di belakang terminal Pasar Minggu.Ada juga yang direlokasi ke dalam Pasar milik PD Pasar Djaya.
Menurut dia tiap hari ada ratusan anggota dari Satpol PP yang diturunkan untuk berjaga. Ada 65 kelurahan yang menurunkan masing-masing 3-4 anggota dan 1 mobil, di tambah 10 kecamatan menurunkan masing-masing 1 regu dengan jumlah 18-20 orang serta 1 buah truk.
Pengakuan Wahyu diamini oleh Komaruddin, anggota Satpol PP dari kelurahan Jati Padang. Menurut dia, hampir semua kesatuan menurunkan anggotanya karena tuan rumah dalam penertiban PKL di Pasar Minggu adalah wilayah Kota Jakarta Selatan.
“Dari awal puasa kami sudah berjaga 24 jam, tapi memang timnya belum sebanyak sekarang. Tim dalam jumlah banyak ini mulai dikerahkan sejak penertiban jelang Lebaran kemarin,” kata dia.
Berjaga setelah upaya penertiban PKL dilakukan Satpol PP setiap hari untuk mencegah pedagang yang kembali berjualan di bahu jalan. Kadang-kadang, ada masanya rasa bosan menyergap, tapi ada saja cara yang dibuat untuk mengatasinya.
Beberapa anggota Satpol PP bahkan membawa papan catur dan mereka menghabiskan waktu main catur di dalam mobil pick up. Sisanya yang lain bercanda gurau duduk tak jauh dari mobil dinasnya.
Kondisi yang sama pun terjadi di pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sore menjelang malam, kondisi di pasar sudah mulai tak terlalu ramai. Tenda putih posko terpadu dari Garnisun, Polsek Metro Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang dan juga Satpol PP serta Suku Dinas Perhubungan berukuran 4x4 ditaruh di tepi jalan, persis di samping kanan stasiun kereta Tanah Abang, di bawah jembatan penyeberangan Blok G.
Hanya ada beberapa mobil dinas Satpol PP yang terparkir sekitar 30 meter dari stasiun kereta api. Jumat sore (16/8) sore pekan lalu itu, hanya ada belasan orang anggota Satpol PP yang terlihat berjaga di sana.
“Ada sekitar 3 regu berjumlah 30 orang yang diturunkan ke Tanah Abang, sisanya mungkin sedang ada di posko,” kata Endang Martoni, 49 tahun, salah satu anggota Satpol PP kepada detikcom.
“Kerjaannya ya jaga-jaga begini saja karena pedagangnya sudah enggak ada,” ujar dia sambil duduk di atas motornya.
Setiap hari, pria yang tinggal di Citayam, Depok, Jawa Barat itu mengaku setiap hari harus absen pukul 7.30 ke kantor di Kecamatan Tanah Abang. Setelah itu dia menuju ke lokasi jaga hingga pukul 10-11 malam.
Setelah itu ia pulang dan harus kembali lagi pukul 6 pagi lalu berganti dengan shift berikutnya. “Pokoknya jam kerjanya sehari 24 jam sehari. Kami sudah biasa begini jadi enggak bête dan tidak jenuh,” kata dia sambil tertawa.
Endang mengaku bersama puluhan petugas Satpol PP lain dari kecamatan Tanah Abang ditugaskan untuk berjaga setidaknya hingga dua bulan ke depan. Minimal sampai selesai renovasi Blok G dan para pedagang mulai betah berdagang di sana.
“Jadi anggota Satpol PP memang begini, kita sibuk selagi ada kerjaan dan kalau enggak ada kerjaan ya diam saja, standby. Seperti pemadam kebakaranlah. Tapi saya enjoy saja,” ujarnya.
Setali tiga uang, Sulaiman, 36 tahun, anggota Satpol PP dari Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dia mengaku tak mempersoalnya meski jam kerjanya terbilang panjang. Toh untuk mengusir bosan ia selalu punya teman bercerita.
“Satpol PP berkelompok, satu kesatuan. Jadi kalau misalnya kita pusing di rumah, di sini kita bisa ketawa-ketawa sama teman, ada teman saling mendukung, kalau diomelin pimpinan kita bisa bareng-bareng ketawain. Coba kalau kerja sendiri, biasanya lebih egois,” kata dia.
(erd/erd)