Karikatur Dinilai Melecehkan, Harian SIB Didemo
Jumat, 29 Okt 2004 16:46 WIB
Medan - Sekitar seratus orang mendemo kantor Harian Sinar Indonesia Baru (SIB). Mereka memprotes karikatur SIB terbitan 24 Oktober 2004. Mereka juga meminta aparat aparat kepolisian memeriksa pihak SIB. Demonstrasi di kantor SIB, Jl. Katamso, Medan digelar sekitar pukul 15.00 WIB, Jumat (29/10/2004). Dari kantor SIB, mereka melanjutkan aksinya ke kantor Mapoltabes Medan yang berada di Jl. Moh Said. Sampai pukul 16.15 WIB, para demonstran masih berada di depan kantor Mapoltabes. Demonstran mengatasnamakan Solidaritas Mahasiswa Islam Sumatera Utara (SMISU). Mereka membawa spanduk putih panjang yang intinya mengecam harian SIB mengenai karikatur berjudul 'Nasib Suar Sair' yang dipublikasikan SIB pada 24 Oktober lalu. Mereka menilai karikatur itu menghina umat Islam. Dalam orasinya, pimpinan aksi Naldi Siregar menyatakan, mereka merasa perlu melakukan pembelaan terhadap umat Islam dan menjaga kerukunan kehidupan beragama di Sumatera Utara. Sebab, kata dia, karikatur SIB telah jelas dan nyata melecehkan umat Islam dan merusak suasana kondusif yang tercipta selama ini. "Kami meminta Kapolda Sumut dan Kapoltabes Medan untuk memeriksa, meneliti, dan menangkap GM Panggabean yang merupakan provokator SARA di Sumut," kata dia. GM Panggaben adalah pemilik harian SIB. Dia juga meminta Dewan Pers untuk menindak harian SIB dan menutup koran itu. Saat berunjuk rasa, para demonstran membawa sejumlah poster. Antara lain bertuliskan 'SIB, Sumber Informasi Biadab', 'SIB Hentikan Penghinaanmu dan Tangkap GM Panggaben.'Sebelumnya, saat mendatangi kantor SIB, mereka sempat mencoret kantor SIB dengan cat pilox berwarna jingga dan menuliskan kalimat 'Tiada Maaf Bagimu'. Pada malam sebelumnya, sebuah kelompok yang menamakan diri 'Forum Pemuda Mahasiswa Islam Sumut' sudah melaporkan tentang karikatur bermasalah itu ke Poltabes Medan. Kabarnya, polisi sudah meminta keterangan pihak SIB.Deskripsi Karikatur Karikatur yang diprotes para demonstran itu sendiri terdiri dari tiga kotak. Kotak pertama menggambarkan seorang berpakaian muslim sedang berdoa dengan tulisan KKN di bajunya. Sementara di bagian lain ada tulisan 'Puasa', menggambarkan bahwa saat itu suasana puasa. Di bawahnya, terdapat tulisan 'Alkitab: Sembahlah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.' Kotak kedua, ada gambar seseorang yang bertindak sebagai kiai sedang menasihati tokoh si Suar Sair. Teks kalimat yang diucapkan kiai sebagai berikut: "Tak ada guna puasa, bila sesudahnya berbuat dosa lagi. Puasa cuma 40 hari, tapi jujur harus seumur hidup."Kotak ketiga, tokoh si Suae Sair berbicara,"Beking togel, makelar perkara, korupsi, ruslah, dan sebagainya tak usahlah pura-pura puasa. Di dunia sazza, sudah kenak demon, apalagi di akhirat kan."Menurut Naldi, yang dipersoalkan adalah teks karikatur Al-kitab. Dia menilai hal itu sebagai penghinaan terhadap dasar dalam menjalankan ibadah puasa, karena naskah itu tidak ada dalam Al Quran dan Hadis. Hal lainnya, mengenai puasa cuma 40 hari. Hal ini dinilai menyalahi, karena puasa wajib bagi umat Islam di bulan Ramadan tidak mungkin lebih dari 30 hari. Sedangkan gambar orang yang berpakaian muslim dan ditulisi KKN, dinilai menggambarkan bahwa umat Islam sering melakukan KKN, tapi rajin ibadah.
(asy/)