Minat warga ibu kota yang besar belum diimbangi dengan pelayanan dari manajemen bus Transjakarta. Pendingan udara (AC) tak berfungsi atau bocor, bunyi interior yang berisik, tempat pegangan hilang, bus mogok, bahkan bus kebakaran juga kerap terjadi. Widya, 43 tahun, salah seorang pegawai negeri sipil di badan pemerintahan pun pernah kaget karena ada genangan air di kursi akibat bocor saat hujan, beberapa waktu lalu.
Tak hanya satu kursi, air juga merembes hingga ada sekitar delapan kursi yang tak bisa diduduki karena basah. "Sepertinya yang paling buruk memang di koridor Ragunan-Dukuh Atas itu. Kalau Kota-Blok M masih baru dan nyaman, tapi yang jalur pinggiran banyak yang rusak. Padahal penumpang Ragunan-Dukuh Atas dan Dukuh Atas-Pulogadung itu kan banyak banget," kata dia kepada detikcom, Selasa (13/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setali tiga uang, Imelda Napitupulu, 22 tahun, pun mengatakan petugas busway yang tak ramah adalah salah satu biang ketidaknyamanan. "Saya pernah ke Senen dari PGC, saya tanya 'ini Senen ya mbak?' Eh dijawab dengan judes sekali 'iya nanti'," ungkap mahasiswi jurusan Akuntansi di Universitas Atmajaya itu saat bercerita kepada detikcom, Selasa (13/8).
Kurangnya pelayanan oleh petugas busway pun dikeluhkan Isman Taryono, 38 tahun. Konsultan desainer di kawasan Joglo ini menyebutkan petugas yang acuh tak acuh pada penumpang membuat tujuan awal Transjakarta jadi tak tercapai. Menurutnya, ide dan ekspektasi pemerintah daerah terhadap Transjakarta tidak sampai pada jajaran petugas yang melayani di lapangan.
"Ini alternatif bagus sebenarnya untuk kejar waktu karena ada jalur khususnya. Tapi kadang-kadang kesal juga saat kita buru-buru, busnya ngelewatin kita saja. Petugasnya tak mau memberikan informasi apapun, mereka acuh tak acuh dan asik bercengkrama," kata Isman ketika ditemui detikcom, Selasa (13/8).

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pun mengakui masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki untuk peningkatan pelayanan Transjakarta. Sedianya, kualitas Transjakarta menjadi acuan perbaikan kualitas moda transportasi di Jakarta, termasuk peremajaan Metromini yang ia gulirkan sejak Juli lalu.
Untuk menekan tarif agar tak terlalu mahal pemerintah akan memberikan insentif atau subsidi Metromini, seperti yang dilakukan pada Transjakarta. "Nanti (Metromini) kayak yang Transjakarta juga, pakai subsidi juga," kata Jokowi. "Pakai AC juga biar nyaman, bahan bakarnya gas, ada speedometer, kaca dan pintunya lengkap," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.
Ketua Komunitas Transjakarta David Chyn membenarkan moda transportasi ini masih jauh dari kata nyaman. "Karena ekspektasi masyarakat terhadap moda ini sangat tinggi, pemerintah harus serius, masih banyak yang bisa diperbaiki dari segi layanan," kata dia kepada detikcom, Rabu (14/8).
Hal paling mendesak untuk dibenahi pemerintah, tegas David, adalah ketersediaan jumlah armada yang beroperasi dengan layak, terutama pada saat jam sibuk. Berikutnya adalah sterilisasi jalur busway untuk memastikan waktu tempuh serta SPBG yang tersedia dekat dengan koridor atau pool. Berikutnya pembuatan Standar Pelayanan Minimum agar ada pedoman yang tepat untuk mengukur pelayanan TransJakarta.
"Bus di koridor 2,3, 4, 6, 9 sudah mulai kumuh. Bus yang tak layak seharusnya dipulangkan dan diperbaiki sebelum beroperasi, tapi karena kurang armada jadi ada kompromi. Jika sudah ada SPM, situasi semacam ini bisa dicegah karena ada standar nya," kata dia.
(brn/brn)