Misteri Kejanggalan di Kasus Tewasnya Sisca, Polisi Harus Jelaskan

Misteri Kejanggalan di Kasus Tewasnya Sisca, Polisi Harus Jelaskan

- detikNews
Rabu, 14 Agu 2013 10:21 WIB
Bandung - Ada kejanggalan-kejanggalan di kasus tewasnya Sisca Yofie (34). Kasus itu tak sekedar hanya soal penjambretan yang berujung pada pembunuhan yang dilakukan tersangka Ade dan Wawan. Tapi ada soal lain yang mesti diungkap polisi. Publik harus mendapatkan penjelasan gamblang.

"Polresta Bandung diharapkan tidak buru-buru menyimpulkan bahwa kematian Fransiesca Yofie akibat kejahatan dengan kekerasan (penjambretan) yang dilakukan dua pelaku W dan A," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane dalam keterangannya, Rabu (14/8/2013).

Neta menjelaskan, dalam kasus tewasnya Sisca ini ada pihaknya mencatat sejumlah kejanggalan. Netta membeberkan sebagai berikut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, disebutkan rambut korban masuk ke gir motor sehingga terseret. Fakta ini sangat tidak masuk akal. Konstruksi sepeda motor tidak memungkinkan untuk itu. Lalu apakah ada bekas-bekas rambut korban melilit di gir tersebut hingga korban bisa terseret begitu jauh?

Kedua, disebutkan korban dibacok saat terseret motor. Padahal di wajah korban terlihat ada dua luka bacok. Tepatnya di bagian kanan dan kiri. Lukanya menganga dari atas dan mengecil ke bawah. Ini menunjukkan korban dibacok lebih dulu sebelum diseret.

Ketiga, dari CCTV terlihat korban hanya terkulai diam saat diseret. Fakta ini menunjukkan bahwa setelah dibacok, korban dalam keadaan sekarat langsung diseret.

Keempat, data, foto-foto, dan pertemanan di dua facebook korban mendadak hilang. Sepertinya ada pihak tertentu yang sengaja menghilangkannya. Bisa jadi, orang tersebut adalah orang dekat atau mantan orang dekat yang mengetahui password facebook korban.

Kelima, dari facebook tersebut terlihat korban sedang bertikai dengan seseorang. Fakta-fakta ini mengindikasikan korban sesungguhnya adalah target yang sudah diincar sejak lama. Apalagi diketahui selama ini, korban sering berpindah-pindah tempat tinggal (untuk menghindari seseorang). Ada pun penjambretan menjadi kamuflase.

"Polisi harus bekerja keras mengungkap semua ini, termasuk mengungkap apakah kedua tersangka yang sudah ditahan itu merupakan pembunuh bayaran atau "pengaku pelaku bayaran". Mantan teman dekat korban Kompol A juga perlu dimintai bantuannya agar polisi mendapatkan petunjuk untuk mengungkap kasus ini dengan terang benderang," tutup Neta.


(gah/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads