“Orang akan kasihan melihat pengemis bawa balita, kakek-kakek atau nenek-nenek,” kata Maemunah kepada detikcom Kamis (1/8) lalu. Sutinah, seorang pengemis yang membawa bayi mengaku adanya tambahan pendapatan dibanding dengan meminta-minta sendiri. Dia mengaku menjadi pengemis dengan membawa bayi sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Sebelumnya, ia menjadi pengemis single dengan penghasilan Rp 50- Rp 80 ribu per hari.
Saat membawa bayi dalam sehari Sutinah bisa membawa uang sedikitnya Rp 200 ribu. Apalagi di bulan puasa, pemasukannya mengalami peningkatan lumayan yang sehari bisa Rp 350 ribu. Saat malam takbiran Idul Fitri tahun lalu saja ia bisa mengantongi uang Rp 900 ribu. Biasanya pengemis yang berusia lanjut meminta sedekah dengan menyambangi rumah-rumah penduduk. Sementara orang tua yang membawa bayi mangkal di suatu tempat tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua pengemis beda usia ini pun bersaing ketat soal pendapatan dan wilayah mengemis. Apabila dibandingkan dengan pengemis yang bawa bayi, pendapatan peminta-minta yang membawa orang buta masih unggul. Salah satu alasannya, karena kesehatan bayi rentan dengan kondisi jalan raya. Apalagi kalau lagi musim hujan, pengemis yang menyewa bayi kemungkinan akan berpikir dua kali. Sementara, kalau orang tua buta tidak terpengaruh sama cuaca dan kondisi. “Yang penting ada yang nuntun di jalan. Biasanya dia juga tuh yang sewa gandengan kaya mobil gandeng saja,” kata Maemunah.
Salah seorang pengemis asal Brebes, Eman, 42 tahun, yang tinggal di Kebon Kacang, Klender, Jakarta Timur menyebut ada persaingan antara pengemis yang membawa bayi dengan orang tua buta. Meski tinggal di satu kawasan, yakni Kebon Kacang mereka tak akur. Pengemis yang membawa bayi biasanya berasal dari Indramayu atau Cirebon. Sementara yang menggandeng orang tua buta berasal dari Brebes. “Yah, kami saingan,” kata Eman.
(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini