"Ntar kita juga bakal jualan lagi," kata salah seorang pedagang mainan, Adi (29), di pinggiran Pasar Gembrong, Jl Jenderal Basuki Rahmat, Jakarta Timur, Senin (12/8/2013).
Adi sehari-hari berdagang mainan di lapak sederhana yang bertengger di pinggir jalan. Dalam hatinya, Adi sadar usahanya mengganggu arus lalu lintas. Namun Adi tak punya banyak pilihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi yang sudah sepuluh tahun berjualan mengaku sudah biasa melihat penertiban PKL di tempat kerjanya. Bukan hanya Adi, pedagang lain pun juga setali tiga uang, akan kembali berdagang jika situasi sudah 'aman'.
"Tergantung teman-teman di sini. Kalau sudah pada jualan lagi, saya juga ikutan jualan lagi," ungkap pedagang sandal karet, Tono (42).
Tono mengaku bisa lebih gesit dibanding para pedangang lainnya. Soalnya, tidak seperti pedagang lain yang menggelar lapak, Tono menggunakan gerobak dorong. Otomatis pergerakan Tono bisa lebih mobile menghadapi penertiban Satpol PP.
Siska (35), pedagang minuman dan makanan kecil di trotoar Pasar Gembrong, juga mengaku tak lagi risau dengan aksi penertiban itu. Dia emoh jika direlokasi ke titik lain di kawasan itu.
"Nggak deh saya (direlokasi), di sini sudah enak, di pinggir jalan. Orang turun angkot bisa langsung jajan," ucapnya.
Pagi hingga siang ini, PKL di bilangan Pasar Gembrong sudah diimbau agar bersiap-siap menertibkan lapaknya. Tampak sebagian sudah membongkar lapaknya secara sukarela agar tidak dibongkar paksa. Para personel Satpol PP pun menertibkan PKL dengan lancar.
(dnu/nrl)