drg Ranti Aryani, Bergulat dengan Diskriminasi Jilbab dari RI Hingga AS

drg Ranti Aryani, Bergulat dengan Diskriminasi Jilbab dari RI Hingga AS

- detikNews
Jumat, 09 Agu 2013 15:58 WIB
Jakarta - Kesadaran dan pencarian spiritual Ranti Aryani dimulai sejak masih remaja. Jilbab adalah salah satu wujud ekspresi kepatuhannya kepada Allah SWT dalam proses pencarian itu. Namun keputusannya memakai jilbab membuatnya mengalami diskriminasi di sekolah saat Era Orba hingga dia merantau menjadi warga negara Amerika Serikat (AS) dan berkarir di Angkatan Udara AS.

Ranti mengenakan jilbab sejak bersekolah di SMP Negeri 4 Bogor. Dia memakai jilbab sejak dari rumah dan melepaskannya lagi di depan gerbang sekolah. Cibiran teman-temannya menjadi santapan sehari-hari. Maklum, saat Era Orba, peraturan bahwa murid harus berseragam diterapkan secara kaku di sekolah negeri. Memakai jilbab dianggap mengancam keseragaman.

Jilbab ini dibawanya hingga Ranti dan para sahabatnya yang juga berjilbab, diterima di SMA 1 Bogor. Di SMA favorit itu, diskriminasi yang dialami semakin nyata. Kepala sekolahnya memberikan pilihan, melanjutkan sekolah atau berjilbab di sekolah lain. Guru-gurunya mencap Ranti dan para sahabatnya sebagai pemberontak karena tak mematuhi aturan berseragam. Hasilnya, Ranti dikeluarkan dari sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di saat remaja sebayanya yang lain sedang dalam masa bersenang-senang, Ranti dan kawan-kawan harus berjuang mempertahankan idealisme keyakinannya. Ranti merasa perlakuan pada diri dan teman-temannya yang berjilbab tidak adil karena bukankah kebebasan beragama dilindungi negara dalam Pasal 29 UUD 1945?

Dengan bantuan orangtuanya, juga orangtua sahabatnya yang senasib, Ranti dan kawan-kawan dibantu lembaga bantuan hukum menggugat sekolahnya ke pengadilan atas perlakuan yang tak adil itu. Setelah persidangan berjalan 6 bulan hingga Wali Kota Bogor hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) turun tangan, pihak sekolah bersedia berdamai dan mengakomodasi keinginan Ranti dan teman-temannya melalui musyawarah. Gugatan pun dicabut.

"Buat saya, jilbab itu identitas saya, saya mengenakan jilbab sejak 14 tahun. Yang saya dapatkan bukan sekadar jilbabnya, namun juga nilai, tanggung jawab yang datang dengan jilbab itu. Its a way of life (jalan hidup) saya sebagai muslim," kata Ranti ketika ditemui detikcom di Jalan Puter 1, Bintaro Sektor 5, seperti yang ditulis Jumat (9/8/2013).

Melihat Indonesia hari ini, Ranti bersyukur bahwa diskriminasi yang dialaminya di era 80-an di sekolah kini tak ada lagi. Bahkan dia senang melihat perempuan di Indonesia bebas menentukan pilihan.

"Alhamdulillah, ini perkembangan yang bagus, antara tahun 80-an dan sekarang. Saya appreciate sekali di Indonesia ini, perempuan punya kebebasan antara mengenakan jilbab atau tidak. Jilbab itu pilihan pribadi sekali, bukan cuma identitas namun juga ekspresi kita sebagai individu," kata Ranti.

Takdir menuntun Ranti bertemu dengan belahan jiwanya, seorang muslim WN AS, Richard J Bennett Jr yang menikahi Ranti pada 5 Januari 1996. Ranti dan Rich, sapaan akrab Richard, saat itu sudah menyusun rencana untuk membangun keluarga mereka di Indonesia. Rich berencana menjadi WNI. Sayang, krisis ekonomi tahun 1998 membuat nilai mata uang US Dollar terhadap Rupiah melambung berkali-kali lipat. Semua peluang Rich tertutup, visanya nyaris kedaluwarsa dan pemerintah AS memerintahkan warganya untuk meninggalkan Indonesia.

Akhirnya, Ranti dan Rich memutuskan pindah ke AS. Di sana Ranti, yang lulusan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Moestopo melanjutkan pendidikan penyetaraan di New York University (NYU). Ranti akhirnya memutuskan menjadi WN AS.

"Prosesnya menjadi WN AS, karena masalah cinta ya, power of love. Suami saya waktu itu berniat menjadi WNI dan tinggal di Indonesia, karena krismon, kesempatan dia tertutup di Indonesia, jadi kita terpaksa pindah ke AS. Di AS, kesempatan saya terbuka di sana. Sebagai keluarga kita membangun persatuan," jelas Ranti.

Di AS pasca lulus pendidikan kedokteran gigi di NYU, Ranti harus mengikuti program praktek residensi selama beberapa tahun. Dari beberapa klinik, Ranti memilih berpraktek menjadi dokter gigi di AU AS di Lanud AU AS Maxwell, Alabama.

"Buat saya yang penting adalah further education (pendidikan lanjut), new graduate harus menjalani program residensi. USAF (US Air Force) program itu bergengsi dan terbaik di AS. Itu yang saya pilih, educationnya itu," demikian alasan Ranti memilih tempat praktek pasca kelulusan pendidikan FKG di NYU.

Di tempat barunya, Ranti kembali mengalami diskriminasi karena tak mau menanggalkan jilbabnya dalam seragam dinas tentara. Pengalaman sekolah semasa di Bogor terulang kembali. Ranti kali ini juga berupaya melawan diskriminasi di salah satu lembaga yang digdaya di AS itu.

Perjuangan Ranti tak mudah. Dia harus memberikan pengertian tentang jilbab dan keyakinannya sebagai kaum minoritas di AS, apalagi pasca tragedi 9/11 pada 2001, Islamofobia meningkat. Ranti mengalami ironi sekaligus pandangan lain di negeri Paman Sam itu.

Nah, bagaimana perjuangan Ranti melawan diskriminasi? Ikuti terus kisahnya.

(nwk/rmd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads