Calo Tiket Raup Untung Rp 1,5 Juta Per Hari

Musim Gentayangan Calo Kereta

Calo Tiket Raup Untung Rp 1,5 Juta Per Hari

- detikNews
Kamis, 01 Agu 2013 11:55 WIB
Fotografer - Grandyos Zafna
Jakarta - Musim mudik Lebaran menjadi hari yang ditunggu-tunggu bagi setiap calo tiket kereta api. Dipastikan mereka memanen keuntungan berkali-kali lipat dibandingkan ketika hari biasa.

Dari penelusuran detikcom di dua lokasi yaitu Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Jatinegara, diketahui para calo mendulang keuntungan yang fantastis. Seperti diakui Eko Permadi, 36, yang biasa beroperasi di Stasiun Pasar Senen. Pendapatan yang diperoleh Eko terbilang sangat besar padahal hanya didapatnya dari "bermain" di kelas bisnis dan ekonomi.

Eko mengaku hanya ingin mengambil untung Rp 90 ribu-Rp 150 ribu ditambah ongkos mengubah balik nama tiket sebesar Rp 30 ribu untuk setiap tiket.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya, tiket kereta api Kertajaya jurusan Surabaya yang sebenarnya seharga Rp 110 ribu tapi dibanderol olehnya Rp 200–Rp 250 ribu. Besaran keuntungan ini tergantung jumlah pesanan dari calon penumpang. Semakin banyak yang pesan, ia bisa menurunkan harga. Misalnya ada pesanan tiket dari calon penumpang untuk empat orang.

Eko mengaku bisa memberikan diskon harga jasanya. Pembayarannya pun tergantung kesepakatan. Biasanya kalau proses balik nama sesuai identitas calon penumpang sudah selesai baru dibayar. Sementara, tiket sudah dipesan para calo sejak satu setengah bulan lalu atas nama mereka sendiri, teman atau keluarganya.



Ia mengaku sudah memesan berbagai tiket yang sebagian besar kereta jurusan daerah Jawa Timur sperti Kediri, Surabaya, dan Malang. Kalau urusan balik nama tiket selesai, orang kepercayaan calo akan menemani calon penumpang saat menukar tiket di loket resmi stasiun. “Tenang saja, Mas. Rumah saya enggak jauh dari sini. Enggak bakal bohong saya. Saya Cuma mau bantu sampeyan kok,” kata pria yang sudah enam tahun menjadi calo kereta ini saat ditemui detikcom Selasa (30/7).

Eko juga menceritakan sejak PT Kereta Api Indonesia menerapkan sistem pemesanan online, ia dan teman-teman harus punya cara mensiasatinya. Diakuinya cara sistem ini sedikit mempengaruhi keuntungannya. Apalagi kalau calon penumpang yang awam sudah mengerti teknologi, ia agak takut pendapatannya semakin menurun dari profesi musimannya ini.

Sekadar perbandingan, katanya, kalau dua pekan sebelum Idul Fitri tahun lalu, ia bisa mengantongi keuntungan Rp 1 juta–Rp 1,5 juta per hari. Beda dengan tahun ini yang sehari hanya bisa Rp 700 ribu. “Dulu kan bebas, Mas di dalam stasiun bisa,” ujarnya.

Rekan Eko, Yudhya, yang ditemui di Stasiun Jatinegara, juga mengaku siap memberikan potongan harga kalau tiket yang dibeli oleh konsumennya semakin banyak.

Yudha mengaku baru saja mendapat pesanan tiket kereta Brantas lima orang dengan harga paket Rp 950 ribu. Harga ini sudah termasuk mengubah balik nama menyesuaikan identitas calon penumpang. Menurutnya, satu tiket harga sebenarnya Rp 110 ribu.

Lima tiket ini sudah dipesan dan dibeli atas nama Yudha dan teman-teman calo lainnya lewat online awal Juni lalu. Ada tiket yang sudah dibeli sengaja dibatalkan dia demi dijual lagi kemudian nama diubah sesuai permintaan yang membeli.

Dua pekan menjelang Lebaran, Yudha juga mengaku intensitas pesanan semakin meningkat. Untuk tiga hari ini, ia dan kedua temannya yang juga calo sudah dapat pesanan tiket untuk kelas ekonomi enam orang, bisnis delapan, dan satu untuk eksekutif. Tapi, beberapa di antaranya membatalkan karena takut dibohongi. Padahal, tiket yang dikerjakan tim calo resmi dan sah bisa buat mudik.

Ia memaklumi ketakutan penumpang kalau ketahuan beli tiket dari calo atau tiketnya tidak sama dengan identitas akan hangus dan tidak diakui. Meski demikian, tetap saja calo masih bisa mengeruk keuntungan. Ia melihat jumlah pemudik tahun ini terutama yang ke Jawa Timur lebih banyak. Dalam sehari, Yudha mengaku bisa mengantongi untung Rp 500 ribu meski kalau dibandingkan tahun lalu mengalami penurunan.

Biasanya pemesanan lebih banyak kelas bisnis. Untuk eksekutif pemesanan agak jarang karena penumpang biasanya memesan langsung di Stasiun Gambir yang punya pengawasan agak ketat terhadap praktik calo. "Lebih bebas di Senen, Mas daripada Gambir yang agak susah dapat job," tuturnya dengan nada sedikit kesal.




(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads