Adu Kuat di Trotoar, Siapa Benar?

Ironi di Trotoar Jakarta

Adu Kuat di Trotoar, Siapa Benar?

- detikNews
Rabu, 31 Jul 2013 11:45 WIB
Massa Koalisi Pejalan Kaki (KPK) melakukan aksi mematung di trotoar depan Balai Kota, Jakarta.(Fotografer - Agung Pambudhy)
Jakarta - Alfred Sitorus berjalan kaki dari kantornya di Sarinah menuju bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Jumat sore pekan lalu, dia ingin menyambangi rekannya yang sudah terlebih dulu menggelar longmarch di sekitar jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Tepat saat di seberang pusat perbelanjaan EX Plaza, seorang pria tak berhenti membunyikan klakson motornya meminta Alfred minggir dari trotoar.

“Ini buat pejalan kaki bang,” kata Alfred sambil menghentikan langkahnya. Tapi pengendara yang mengenakan jaket coklat itu malah bergeming dan ngedumel. Ia enggan turun dari trotoar dan tetap meminta Alfred bergeser. “Ah, banyak kali cakapmu,” kata dia dengan mata melotot. Adu mulut tak terhindarkan.

“Kalau sudah dibilangin jangan ngotot, biasa saja bilangnya, jangan ngeyel,” kata Alfred. Namun pria berbadan tegap itu tetap memaksakan untuk lewat trotoar daripada jalan di sebelah kanannya yang saat itu sedang berhenti karena lampu merah. “Yang ngotot siapa, kalau macet salah siapa? Yang lain bilangin juga, jangan Cuma saya,” kata pengendara honda merah matic itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat suasana yang mulai memanas, seorang petugas satuan pengamanan yang kebetulan sedang berjaga langsung mendekat dan melerai keduanya. Pemotor itu tetap melewati trotoar yang saat itu lumayan ramai karena dilalui banyak pekerja yang baru pulang kantor. “Lihat sendiri betapa ganasnya pemotor itu kalau di jalan,” kata Alfred, yang juga Koordinator Koalisi Pejalan Kaki kepada detikcom akhir pekan lalu.

“Masalah penyerobotan trotoar ini jadi konflik horizontal yang tidak ada penyelesaian di jalanan,” tambah Alfred. Menurut dia persoalan tersebut tidak bisa dibiarkan karena berkaitan dengan keselatamatan pengguna jalan, khususnya pejalan kaki yang tak lagi bisa berjalan dengan aman dan nyaman.

Di depan gedung Oil Centre, Jakarta Pusat, beberapa relawan Koalisi sudah memegang karton putih. Sebagian karton dengan tulisan “R.I.P. Pejalan Kaki”, “Setiap hari 18 orang pejalan kaki meninggal dunia”, “Save Pedestrian” itu juga diletakkan di pohon-pohon tepi trotoar.

Di ujung trotoar, beberapa orang pengendara motor yang datang dari arah Sarinah tampak masih mencoba naik ke trotoar. Namun, tepat di depan gedung Oil Centre, mereka batal mengokupansi trotoar karena membaca karton-karton atribut koalisi. Mereka buru-buru membanting setirnya ke kanan, kembali ke jalan raya.

Tapi di ujung belakang, yang tak lagi ada tulisan di karton, pemotor yang sama tetap mengambil sisi trotoar di sebelah kiri jalan. Ada juga yang mencoba curi-curi lewat, pura-pura tak membaca karton yang dipegang oleh Alfred dan kawan-kawannya, tapi kemudian mundur dan banting setir setelah diminta turun. Tapi ada juga yang terang-terangan mencoba lewat, dan tetap melongos pergi sambil teriak “Aku dosa bukan sama situ, tapi sama Allah,” katanya terkekeh.


Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan banyaknya pengguna sepeda motor yang naik ke trotoar jalan akibat sikap para pengendara yang tidak tertib. Perilaku itu jelas melanggar Undang - undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 tahun 2007.

"Melanggar dia tidak boleh, dia mengammbil hak pejalan kaki, jadi yang naik motor itu harus tahu dirilah," kata Pristono kepada detikcom Selasa (31/7).


(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads