Partai dan Artis, Siapa yang Menunggangi dan Ditunggangi?

Politisi Artis Hanya Pemanis

Partai dan Artis, Siapa yang Menunggangi dan Ditunggangi?

- detikNews
Senin, 29 Jul 2013 17:05 WIB
Fotografer - Pool
Jakarta - Nada minor terus berembus menerpa kalangan artis yang banting stir menjadi politisi. Sorotan tak hanya menyasar pada artis yang mencalonkan diri sebagai kepala atau wakil kepala daerah. Pandangan miring selama ini justru paling banyak tertuju pada artis yang mengincar posisi di Senayan sebagai wakil rakyat.

Dengan maraknya artis yang hijrah profesi ke panggung politik itu, berdasarkan pengamatan lembaga Indobarometer hanya segelintir politisi saja dari kalangan artis yang memiliki kompetensi menonjol dan punya kesungguhan. Contohnya seperti Rieke Diah Pitaloka, Nurul Arifin, Tantowi Yahya, dan Dedi "Miing" Gumelar.

Lalu bagaimana yang sebagian besar lainnya? Direktur Eksekutif Indobarometer Muhammad Qodari blak-blakan menyebut mayoritas tidak terlalu kelihatan berperan, baik dari segi kompetensi dan juga kesungguhan sebagai wakil rakyat. “Kesannya mereka hanya sebagai vote gather atau penarik suara serta sebagai kembang-kembang Pemilu,” kata Qodari kepada detikcom pagi tadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serupa, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang memandang sebagian besar kalangan artis yang saat ini ada di parlemen tidak menunjukkan kinerja yang berdampak luas bagi publik.

Sejak 15 tahun reformasi bergulir, sejumlah artis tercatat duduk sebagai wakil rakyat di Senayan, di antaranya Venna Melinda, Primus Yustisio, Eko Patrio, Inggrit Kansil, Rachel Maryam, Jamal Mirdad. Belakangan ini seabreg artis juga mulai didekati oleh partai politik untuk dipingit jadi calon legislator 2014.

Formappi menilai fenomena artis yang pindah haluan menjadi politisi memang menunjukkan tren meningkat. Salah satu pemicunya adalah alasan adanya hak politik yang sama bagi semua orang, termasuk artis. Gayung bersambut, partai politik yang cenderung pragmatis pun punya kepentingan untuk merekrut orang populer.

Popularitas yang dimiliki insan dunia hiburan dinilai sebagai modal besar yang membuat mereka berpeluang mendongkrak keterpilihan.
Sayangnya, tak semua artis yang membekali diri jauh-jauh hari untuk terlibat aktif dalam politik. Itu sebabnya peran mereka menjadi tak menonjol bahkan frustasi sehingga memilih untuk mengundurkan diri.

“Ketika dibenturkan dengan fakta politik yang berbeda dengan ekspekatasi mereka, di mana politik itu penuh intrik, sarat dengan permainan anggaran, penuh pergesekan, mereka jadi tidak nyaman, tidak betah,” ujar Sebastian.



Politikus Partai Demokrat Venna Melinda merasa gerah dengan anggapan yang berkembang seperti itu selama ini. Anggota Komisi Pendidikan dan Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat ini menolak anggapan kalau politikus berlatar belakang artis hanya sebagai pajangan dan pemanis saja. "enggak lah ya," tegas Venna saat dikonfirmasi detikcom siang tadi.

Menurutnya, hal itu memang perlu dibuktikan dengan kemampuan serta tanggung jawab kepada rakyat. Namun begitu Venna tidak menampik kalau banyak kalangan yang mempertanyakan kualitas dari seorang artis yang melaju ke dunia politik. Ia menilai hal itu wajar dan membutuhkan proses untuk memperlihatkan kemampuan kepada publik. “Harus disadari dari awal, beban latar belakang artis pasti publik punya pandangan sendiri. Nah, ini soal proses waktu,” kata Venna. "Intinya, ya kita harus total membuktikannnya."

Lebih lanjut Venna menuturkan setiap politikus parlemen terlihat kinerjanya ketika punya saran konstruktif dalam komisinya. Tapi, ini memang membutuhkan performance yang konsisten karena politikus dari kalangan artis memerlukan karakter kuat untuk menarik kepercayaan publik. “Kami perlu waktu dan diberikan kesempatan,” ujar calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Timur Kediri, Blitar, dan Tulungagung ini.

Fenomena banyaknya artis yang telah ataupun akan mencalonkan diri baik sebagai calon anggota legislatif maupun kepala daerah, dinilai sebagai 'pemanis' dan hanya dimanfaatkan oleh politisi. Menanggapi hal tersebut, artis yang juga bekas Wakil Bupati Garut Dicky Candra tidak membantah bahwa popularitas memang sangat dibutuhkan dalam politik.

"Kalau disebut dimanfaatkan, wajar kalau seorang politisi memanfaatkan, karena memang popularitas dibutuhkan juga, tapi jangan dipolitisir," katanya saat ditemui detikcom Ahad (28/7). Menurutnya, banyak juga dari kalangan artis yang menggunakan sisi popularitasnya tapi setelah terpilih ia memiliki kinerja yang baik saat menjalankan tugas dan kewajibannya.


(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads