"Situasi di Mesir, saya harus mengatakan delicated, difficult, and dangerous. Kalau kita melihat ratusan ribu massa yang berhadapan seperti itu, horizontal konflik sulit dicegah dan korban sudah berjatuhan," jelas SBY dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (29/7/2013).
Menurut SBY, Indonesia tidak punya resep apalagi meminta Mesir untuk melakukan tindakan begini atau begitu. "Kita tidak dalam posisi seperti itu meski belum tentu benar," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepakat mengajak semua, tidak ada yang kita tinggal. Meskipun gerakan mahasiswa, reformis menghiasi perpolitikan waktu itu, agenda seperti apa. Pada prinsipnya kita ajak semua, tidak ada yang ditinggalkan di masa sulit mengatasi situasi," tuturnya.
Sejarah, lanjut SBY, menakdirkan militer Indonesia yang tadinya kuat dan menjadi faktor dominan di era sebelumnya, pada awal reformasi justru mendapatkan tekanan luar biasa.
"Tapi ketika militer Indonesia, ABRI bukan kembali menekan tapi melakukan reformasi di dalam dirinya, sebetulnya itu dukungan militer Indonesia terhadap militer Indonesia. Ketika banyak hal dilucuti dari kekuasaan atau perang politik kaum militer, bisa diterima militer itu sendiri. Meski mengalami banyak hal, set back, disorder, perjalanan refomrasi dan transformasi relatif baik," jelasnya.
Pelajaran yang bisa dipetik, tambah SBY, ketika revolusi selesai, Mubarak tidak jadi presiden, dengan euphoria sendiri, semangat perubahan dan reformasi dan election, mungkin tidak semua elemen tidak merasa mendapatkan peluang yang sama.
"Kaum militer tidak mendapatkan peran bahkan mungkin merasa dipinggirkan. Bacaan ini juga disampaikan beberapa pihak, yang terjadi, maka pelajarannya, kita harus pikirkan, rekonsiliasi, mandat oleh rakyat, mengajak semua, kalau diajak dalam proses reformasi, haluan pembangunan ekonomi, politik, mereka akan di dalam," tutupnya.
(mpr/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini