Menurut M Nuh, ekspansi ITB ini sangat penting untuk melahirkan SDM dalam jumlah yang lebih banyak. "Kalau tiap tahun ITB menerima 3.500 mahasiswa, itu kecil dibanding dengan kebutuhan kita yang luar biasa. Di sini (Jatinangor-red) dengan luas 47 hektare bisa banyak menyerap adik-adik kita," ujar M Nuh di Gedung Kuliah Umum ITB Jatinangor, Jalan Raya Bandung-Sumedang, Jumat (26/7/2013).
Di tempat yang sama Rektor ITB, Akhmaloka menyebut kampus ITB Jatinangor ini sudah berjalan sejak tahun lalu, yakni pada semester 1 tahun akademik 2012-2013.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, kata Akhmaloka, tahun 2010 akhirnya ITB melakukan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jabar untuk membangun alternatif kampus lain.
"Kami mendapat kerjasama dapat lahan cukup besar. Untuk ukuran kita, 47 hektare itu ya relatif dua kali. Sekarang rasanya kampus ITB sudah 3 kali lebih besar," terangnya.
Akhmaloka mengatakan, kampus bekas Universitas Winaya Mukti (Unwim) ini semula seperti hutan belantara. Bahkan hampir semua bangunan, kondisi gentengnya melorot.
"Tiga tahun Pemprov Jabar ikut memberi bantuan ke ITB. Jumlahnya cukup besar. Rp 12 miliar tiap tahun, selama tiga tahun jadi Rp 36 miliar. Sekarang tahun 2013 yang operasional sudah tidak ada lagi (bantuan). Tapi Pak Gubernur punya inisiatif membantu Rp 14 miliar untuk membangun masjid," bebernya.
Pihak lain yang membantu pembangunan kampus ITB Jatinangor adalah Kementrian PU. Yakni berupa pembangunan 4 gedung asrama, lanskap dan water treatment plan.
"Sama ada situ (danau kecil). Air dari situ nantinya bisa di treatment sehingga bisa digunakan untuk keperluan kampus," terangnya.
(avi/try)