Sungai di Jakut Bau, Warga Stok Pengharum hingga Semprot Minyak Wangi

Sungai di Jakut Bau, Warga Stok Pengharum hingga Semprot Minyak Wangi

- detikNews
Jumat, 26 Jul 2013 15:01 WIB
(Foto: Taufan Noor Ismailian/detikcom)
Jakarta - Sungai-sungai di Jakarta Utara berair hitam dan bau. Sampah rumah tangga hingga bangkai hewan hilir mudik di sepanjang sungai. Nah, bagaimana warga yang tinggal di bantaran kali bertahan dengan bau sungai yang menyengat itu?

"Awalnya sih pasti nggak tahan. Karena saya tinggal di sini itu mau nggak mau harus tahan. Kita adaptasi itu, jarang buka jendela. Takutnya kalau buka jendela pas lagi makan, baunya masuk. Wah bisa mual-mual saya," kata Mitrah (39), warga Rawa Badak yang rumahnya hanya berjarak 8 meter dari Sungai Rawa Badak, Jakarta Utara.

Mitrah tinggal di kampung depan kali, bukan pemukiman liar seperti di kawasan pinggiran Ciliwung. Warga di kampung Mitrah cukup sadar dengan sanitasi hingga tak ada pemandangan warga yang memanfaatkan air di kali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mitra sudah sejak tahun 2000 tinggal di situ. Awalnya, saat dia baru tinggal di situ, perantau dari Purwokerto ini sempat pakai masker berbulan-bulan.

"Sekarang sih, saya, suami dan anak sudah terbiasa dengan baunya. Ya mau nggak mau. Tapi kan kalau seperti ini terus buat kesehatan nggak bagus," tutur dia.

Bau itu makin menyengat kala sore hari. Volume sampah yang mengalir di sore hari paling tinggi.
Untuk mengatasinya sampai-sampai Mitrah menyetok pewangi ruangan setiap bulan. Pewangi ruangan itu digantungkannya di jeruji tutup kipas angin.

"Yang penting sebulan saya selalu nyetok 5 pewangi yang kecil," kata Mitrah yang berharap tak ada sampah lagi di sungai penyebab bau itu.

Sementara Suharno, warga Rawa Badak yang berprofesi sebagai penarik perahu getek di Sungai Rawa Badak, mengatakan sudah beragam polah warga yang dilihatnya untuk menghalau bau tiap menyeberangi sungai itu.

Saat itu tahun 1992-1993, saat sungai itu mulai hitam dan bau. "Semua orang sering tutup hidung pakai kain," kata Suharno ketika berbincang dengan detikcom, Kamis (25/7/2013).

Zaman sekarang, alat penghalau bau yang didapatinya sudah beraneka macam. Suharno pernah mendapati seorang ibu menutupkan tisu basah yang wangi ke hidung. Pernah juga ada warga yang menyemprot sapu tangannya dengan minyak wangi untuk ditutupkan ke hidung.

"Ada juga bapak-bapak yang menyeberang selalu wangi. Kalau ada dia saya senang, jadi wangi kapal saya," ujar Suharno yang menjadi penarik getek sejak 1988 ini.

Nah kalau dirinya hanya bisa pasrah dan beradaptasi dengan semua bau itu. "Bingung mau pakai apa. Apalagi saya kan hanya orang kecil," tutur dia.

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads