Rokok Joko sudah ia buang saat kami memulai perbincangan. Tapi dia menolak halus saat ditawari rokok U Mild. βSaya tidak merokok, sekarang, kalau tadi iya,β katanya terkekeh. Tak lama kemudian ia mengeluarkan rokok kreteknya dengan bungkus warna kuning-oranye. Sebuah cincin warna kuning dengan batu merah muda, serta jam tangan coklat berbahan keramik yang menjadi asesoris di tangannya berkilau saat terpapar sinar.
Tubuhnya dibalut kaos Polo-shirt lengan pendek bercorak garis-garis. Warnanya masih cerah dan bersih. Bawahannya ia padu dengan celana jeans pendek. Tak jauh dari Ujang, seorang manusia gerobak lainnya tidur-tiduran di dekat βdapurβ tersembunyi di balik tiang jalan layang. βItu 'mobil' saya,β kata Ujang menunjuk sebuah gerobak berisi tumpukan kardus yang terparkir tepat di sisi jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
*****
Maimunah, 55 tahun, tetap terjaga beralas kardus di sebuah trotoar tepi jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan Rabu dini hari lalu. Ibu empat anak dan satu cucu itu tak sendirian. Di sampingnya, anak perempuannya dan Ahmad Rifai, anak bungsunya yang berusia 11 tahun juga sedang merem melek sambil melengkungkan tubuh melawan dinginnya
angin malam. Sebuah gerobak diletakkan di sisi jalan, sekitar tiga meter dari sisinya. Maimunah memang sengaja tak mau tidur terlalu lelap. Dia harus mudah terjaga kalau-kalau ada orang yang membangunkan mereka dan memberi makanan maupun uang sedekah.
Dia mengaku alasannya golar-goler di emperan karena berharap kecipratan rejeki berupa menu sahur dan berbuka puasa dari orang yang melintas. βSoalnya banyak orang gede yang sering memberi sedekah dan makanan saat sahur,β kata dia kepada detikcom sambil meluruskan kakinya. βYa lumayanlah untuk kami orang tak punya.β Perkiraan
Soidah tak meleset dan sudah ia buktikan setiap kali bulan Ramadhan selama beberapa tahun belakangan. Setiap kali bulan puasa, Maimunah berhenti dari pekerjaan tetapnya sebagai buruh cuci dengan penghasilan Rp 1.800.000 dari enam pelanggan. Dia memilih mengemis karena
penghasilannya bisa dua kali lipatnya. Angka itu belum termasuk makanan sahur dan berbuka yang ia dapat bersama dua anaknya. Demi itu pula dia rela jalan kaki dari tempat tinggalnya di Cipete sampai Jalan Warung Buncit dan daerah lain di Jakarta. Status Ahmad Rifai yang masih duduk di kelas IV sekolah dasar tak dihiraukannya. Besok aku sekolah, biasanya kami pulang ke rumah jam 3 pagi, trus paginya sekolah," kata Rifai. Namun kalau terlalu kelelahan dia memilih bolos sekolah.
*****
Maraknya gelandangan dan pengemis serta manusia gerobak di Provinsi DKI JakartaΒ menjadi salah satu pekerjaan rumah yang masih belum selesai. Di sejumlah titik, masih mudah ditemukan gelandangan dan pengemis, baik yang terang-terangan mengemis maupun dengan modus menjadi manusia gerobak. Kementerian Sosial menyebut, saat bulan Ramadan terjadi peningkatan pengemis sekitar lima kali lipat dari jumlah biasanya.
Jika bulan biasa jumlah pengemis hanya 1.000 orang, maka selama bulan Puasa bisa mencapai 6.000 orang. Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta Prayitno mengatakan, salah satu fenomena di bulan Ramadan adalah kemunculan manusia gerobak.
βIni sebenarnya modus, pemulung-pemulung yang keluar dari sarangnya dan memanfaatkan selama masa Ramadan sebagai momen untuk memperoleh pendapatan tambahan,β kata Prayitno kepada detikcom tadi pagi.
Dinas Sosial DKI Jakarta pun mengaku sudah membuat berbagai upaya penanganan dan pencegahan. Salah satunya dengan aktif melakukan razia setiap hari. Selama bulan Juli ini dinas sosial telah berhasil menjaring sekitar 250 gelandangan dan pengemis (gepeng). Sebanyak 200 di antaranya besok akan dipulangkan ke kampung halamannya di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sejak tiga tahun lalu, pemerintah juga membentuk posko Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMSK) di 23 titik yang dianggap rawan jadi empat mengemis, berdagang asongan, mengamen dan modus lainnya.
Namun tetap saja setiap malam selama bulan Puasa gelandangan dan pengemis banyak terlihat di jalanan Ibu Kota. Menurut Ucu Rahayu Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta, gepeng sering main kucing-kucingan dengan petugas. Apalagi razia umumnya hanya dilakukan pada siang hari. "Petugas kamiΒ kan kewalahan ya, siang hari berputar-putar, malam hari juga, memang kami seling-seling. Tapi ya dia (PMKS) memanfaatakan situasi, mereka memanfaatkan malam hari,β kata Prayitno.
Walhasil, Maimunah, Ujang dan ratusan gelandangan dan pengemis masih tetap marak di malam hari selama bulan Ramadan. Rokok Ujang telah padam, suara bising akibat roda kereta yang beradu dengan rel lagi-lagi tak dihiraukannya. Ujang telah lelap dalam tidur, saat sebagian umat muslim di Jakarta bersiap menyantap menu makan sahur.
(erd/erd)