Bom panci yang meledak di halaman Mapolsek Raja Polah memang tidak menimbulkan korban jiwa ataupun korban luka. Hal itu disebabkan karena ledakan terjadi di halaman kantor, tanpa satu orangpun yang tengah berada di situ.
Sedangkan bom di Boston menimbulkan banyak korban berjatuhan. Tiga orang tewas dan 264 lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan bom yang sengaja diletakkan di tengah-tengah keramaian ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berwadahkan Panci
|
Setidaknya ada dua dokumen yang mengingatkan tentang bahaya bom yang dibuat dari panci masak tekan tersebut. Panci ini sering digunakan untuk memasak presto. Seperti dilansir CBS News, Rabu (17/4/2013), dua dokumen tersebut adalah memo Departemen Keamanan Dalam Negeri yang dirilis tahun 2004 dan pamflet bersama Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI yang dirilis tahun 2010.
Memo 2004 isinya mengingatkan para petugas perbatasan, agen-agen dan petugas penegakan hukum serta petugas lainnya telah diingatkan bahwa benda yang tampaknya tidak berbahaya itu bisa digunakan untuk membuat bom rakitan. Memo tersebut berjudul "Potential terrorist use of pressure cookers".
Sedangkan di Indonesia, teror dengan bom panci belum pernah terjadi. Pengeboman di Mapolsek Raja Polah itu merupakan yang pertama.
Dikendalikan dari Jarak Jauh
|
Di Boston, bom panci dikendalikan menggunakan remote control yang biasa dipakai untuk mainan mobil-mobilan. Sedangkan di Raja Polah, polisi menyimpulkan bom dikendalikan dengan handphone.
Panci Berisi Benda Keras
|
Untuk bom Boston panci berisi gotri dan bola besi lainnya. Sedangkan bom di Mapolsek Raja Polah berisikan paku-paku.
Berdaya Ledak Rendah
|
Meski berdaya ledak rendah, bom panci di Boston menewaskan tiga orang tewas dan 264 lainnya mengalami luka-luka. Hal tersebut disebabkan karena bom tersebut diletakkan di tengah keramaian, tepatnya di garis finis parade maraton Boston.
Halaman 2 dari 5