Tercatat dua warga hanyut terbawa arus banjir saat air semakin meninggi. Keduanya merupakan warga Kecamatan Siwa dan Belawa yang sempat terbawa arus sungai dan ditemukan dalam keadaan sudah terapung. Bahkan satu diantaranya hingga berita ini dirilis belum masih dalam proses pencarian manual oleh warga.
"Sampai saat ini Nani (40) warga Dusun Tipuku, Desa Sappa, Kecamatan Belawa belum ditemukan. Ibu ini hanyut saat akan memancing di areal banjir," papar Kapolres Wajo AKBP Masrur, Selasa (16/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Camat Belawa Ahmad Jahran pagi tadi sebelum air semakin meninggi, Nani ke sungai belakang rumahnya menangkap ikan. Beberapa lama kemudian keluarganya yang menanti dirumah gelisah lantaran Nani tak kunjung pulang. Sang suami pun mencarinya di belakang rumahnya tempat Nani memancing, namun hanya menemukan tempat hasil tangkapan ikan.
"Hanya saya dan warga mencarinya secara manual, hingga kini juga belum ada bantuan pencarian utusan pemerintah terkait yang datang membantu mencari," ungkap Ahmad.
Korban tenggelam juga menimpa bocah Resky (3) putra pasangan La Suha dan Hariani warga Lingkungan Cappapadang, Kelurahan Bulete, Kecamatan Pitumpanua. Namun jasad reski ditemukan cepat oleh warga, lantaran bocah tiga tahun ini tercebur kesumur yang tertutupi banjir.
"Reski tercebur ke sumur dekat Sungai Bulete. Waktu itu Air sungai menutupi sumur sehingga Resky yang berada dalam sumur naik ke permukaan dan terseret arus hingga ditemukan warga setempat," jelas Camat Pitumpanua Sudarmin.
Sementara itu 285 warga dari 95 Kepala Keluarga (KK) mengungsi di masjid Raya Ummul Quran, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan Selasa (16/7) dini hari. Ratusan Warga dari Kecamatan Tempe, Kelurahan Siengkang mengungsi setelah rumah mereka terendam banjir kiriman dari Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap yang membuat air sungai Walannae meluap disertai tingginya curah hujan yang mengguyur Kota Sutra ini.
Volume air yang sudah mencapai tiga meter dari ketinggian satu meter. Dini hari ini, membuat warga harus mengungsi ke masjid, sejumlah barang yang mudah hanyut milik warga turut diamankan ke mesjid. Ratusan warga yang memenuhi mesjid raya Kota Sutra ini pun tampak memenuhi masjid. Warga mengungsi lantaran air sudah mencapai lantai rumah panggung warga.
Andi Syahrial Makkuradde, Camat Tempe menjelaskan warganya harus mengungsi lantaran air sudah mencapai tiga meter dan sewaktu-waktu dapat meninggi. Pasalnya hingga saat ini air tak kunjung surut, akan tetapi terus bertambah tinggi.
Syahrial menjelaskan lebih lanjut dari 12 kelurahan yang ada di wilayah pemerintahannya merupakan daerah terisolir karena air sudah merendam hampir semua bagian warga serta fasilitas-fasilitas umum. Masing-masing diantaranya Kelurahan Lelo, Kelurahan Salomengraleng, Mattirotappareng, Watallipue,Wiringpalannae, Padduppa, dan Siengkang.
Kapolsek Tempe AKP Sutarno, menambahkan pihaknya telah menghimpun data sementara korban banjir yang dihimpunnya untuk di Kelurahan Siengkang tercatat 150 orang warga yang harus mengungsi di Mesjid Raya Ummul Quran.
Para pengungsi ini memberlakukan sistem bergiliran dalam hal memasak untuk menu sahur. Di Kecamatan Tempe sendiri, 3.525 KK yang terendam air.
"Ini baru sebagian yang memilih mengungsi ke mesjid karena ada juga warga yang masih bertahan di rumahnya, dengan membuat balai untuk menghindari air. Pilihan itu pun dilakukan karena takut kehilangan barang berharaganya," Jelas Sutarno.
(mpr/mpr)