"Saya melihat standar kualitas dan kontrol kualitas survei politik di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Survei juga sering mengikuti kemauan politik si pemesan. Jadi wajar jika saya sulit percaya 100 persen terhadap survei tersebut," kata Waketum PAN Dradjad H Wibowo kepada detikcom, Selasa (16/7/2013).
Namun demikian, menurut Dradjad, konyol juga kalau partai Islam mengabaikan hasil survei tersebut. Apalagi Indonesia Research Centre (IRC) bukan satu-satunya lembaga survei yang melaporkan anjloknya elektabilitas partai Islam dan partai berbasis Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat menghukum lebih keras karena "sudah membawa nama Islam kok seperti itu kelakuannya". Jadi memang saatnya partai-partai Islam dan berbasis Islam membersihkan diri, harus lebih tulus dan lebih merakyat lagi," lanjutnya.
Dia lantas mencontohkan fenomena Jokowi yang muncul ke permukaan karena sukses merebut hati rakyat. Meskipun masih banyak tugas yang harus diselesaikan Jokowi, utamanya menyangkut banyak persoalan klasik Ibu Kota.
"Jokowi belum kelihatan prestasi spektakulernya. Tapi dia mampu memenangkan hati rakyat karena dinilai tulus dan merakyat," tandasnya.
Survei yang dirilis IRC memang mengungkap fakta keterpurukan Partai Islam. Lembaga Survei Nasional (LSN) yang merilis survei pada siang ini juga menunjukkan elektabilitas partai Islam melempem.
Berikut hasil elektabilitas partai politik menurut Survei LSN, jika Pemilu digelar hari ini:
1. Partai Golkar: 19,7%
2. PDIP: 18,3%
3. Partai Gerindra: 13,9%
4. Partai Hanura: 6,9%
5. Partai Demokrat: 6,1%
6. PKB: 4,8%
7. Partai NasDem: 4,6%
8. PPP: 4,3%
9. PAN: 3,8%
10. PKS: 3,8%
11. PBB: 1,4%
12. PKPI: 0,5%
13. Undecided (tidak memilih): 11,9%
(van/nrl)