Setelah melangsungkan rapat internal dengan kepala sekolah, belasan guru membentangkan poster-poster bernada desakan agar Ahmad Ishom mundur dari jabatannya.
Mantan Wakil Kepala SMKN 11 Darwito mengatakan pihak guru memang mendukung disiplin guru yang menetapkan agar datang pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00 WIB, namun kepala sekolah baru itu menurutnya melakukan tindak represif dengan menahan guru yang terlambat selama 5-10 menit di lapangan parkir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejadian tersebut tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Bahkan, lanjut Darwito, sikap kepala sekolah itu sama sekali tidak mendukung integritas guru yang melakukan pengayaan pada siswa di luar jam pelajaran.
"Kepala Sekolah hanya melihat kinerja guru dalam rentang pukul 07.00 sampai 14.00," tegasnya.
Salah satu guru yang merasa dirugikan, Stefanus A Djoh, juga merasa resah dengan sikap kepala sekolah yang dianggap arogan. Ia dan 26 lainnya pernah diberi surat peringatan dan skors tidak diperbolehkan mengajar selama beberapa hari karena masalah absen fingerprint.
"Saya pernah lupa fingerprint waktu pulang, diberi SP dan skors 22 hari. Jumlahnya ada 27 guru, beda-beda harinya," kata guru Animasi dan Desain Manual itu.
Meski nampak ketat memberlakukan disiplin, menurut para guru sikap kepala sekolah sendiri tidak sesuai dengan penerapan disiplin yaitu pergi ke Malaysia bersama rombongan SMKN 6 Semarang selama 4 hari tanpa surat izin dari dinas pendidikan, wali kota, dan mendagri melalui gubernur. Diketahui Ahmad Ishom sebelumnya memang menjabat sebagai kepala SMKN 6 Semarang.
"Saat pergi ke Malaysia bukan tugas dinas, itu melanggar kedisiplinan. Kalau kegiatan ke instansi lain seharusnya ada surat tugas dari kepala Dinas Pendidikan," ujar Ketua Tata Usaha, Joko mulyono.
"Kami dibuat tercengang karena kepala sekolah memberhentikan guru senior, pak Soebijanto hanya dengan surat pemberhentian melalui kurir," timpal Darwito.
Sementara itu, usai rapat internal dengan para guru, Ihsom enggan berkomentar mengenai aksi guru. Ia buru-buru menuju mobil dan pergi meninggalkan kerumunan wartawan.
"Tidak ada apa-apa," katanya singkat sambil berjalan cepat.
Guru yang berunjuk rasa kemudian menempelkan poster-poster tersebut di depan ruangan Kepala Sekolah. Mereka juga berencana mengajukan petisi 11 ke Plt Wali Kota Semarang.
"Kami masih memgedepankan dialog dulu dengan Kepala Sekolah. Sampai sore ini, tapi waktu dari Kepala Sekolah tidak ada. Ini audiensi pertama," pungkas Darwito.
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini