Salah satu koleksi yang disimpan di museum ini yakni tongkat 'Tunggal Panaluan' dari daerah Sumut. Tongkat ini bukan sembarang tongkat, karena di tempat asalnya dipercaya memiliki tuah.
"Tongkat ini dipakai untuk acara pemanggilan hujan, upacara menolak wabah penyakit, penangkal racun, mencari sumber mata air, meminta anak, dan dapat melacak pencuri," jelas staf museum Junadi saat ditemui, Rabu (10/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya tongkat saja, ada juga pelana kuda Pangeran Diponegoro. Dahulu pelana ini sempat melanglang buana ke negeri Belanda. Pelana ini dibawa kompeni ke negerinya sebagai barang sitaan. Hingga akhirnya dikembalikan ke Indonesia.
"Pelana itu memang digunakan oleh beliau saat perang," jelas staf museum Mugi memberi penjelasan.
Sayangnya pelana itu tak bisa ditunjukkan karena disimpan. Lokasi tempat penyimpanan pelana tengah dalam perbaikan.
Ada juga koleksi patung Budha Bhairawa. Patung ini bagi orang tertentu dianggap suci karena diperkirakan sebagai wujud Adityawarman.
"Ini patung tertinggi di Museum Nasional dan diperkirakan tertinggi se-Indonesia. Dari abad ke 4 masehi tingginya 4 meter," urai Mugi.
Ada juga arca lainnya yang tersimpan peninggalan kerajaan Hindu atau Budha dahulu. Kadang wisatawan asing dari China, Thailand, dan lainnya memberi penghormatan di arca tersebut.
Selain benda bersejarah itu, yang lainnya ada juga keris milik raja-raja Jawa, tombak, dan juga meriam dengan berbagai ukuran. Konon ada meriam keramat yang pada tahun '80-an masih ada orang yang membakar kemenyan di sekitar meriam itu.
Mugi menjelaskan, pihak museum tak melihat suatu benda sebagai benda keramat. Benda yang disimpan pastinya memiliki nilai historis.
(aln/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini