Mutia Sempat Ditawari Sekolah di Australia Jika Sembuh
Senin, 25 Okt 2004 12:55 WIB
Jakarta - Mutia Rahmani Amalia (17), korban bom kedubes Australia yang meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pada Minggu (24/10/2004) siang kemarin, dikenal sebagai anak yang saleh, baik, dan berprestasi, oleh guru dan teman-temannya di sekolah.Mutia juga mendapat simpati dari dari banyak pihak. Salah satunya dari pihak Kedutaan Besar Australia di Jakarta yang menawarkan bantuan kepada siswi SMUN 70 Bulungan, Jakarta Selatan, ini untuk bersekolah di Australia jika ia sudah sehat.Hal itu diutarakan oleh Wakil Kepala Sekolah SMAN 70 Bulungan, Rusli Abdul Fatah, yang ditemui detikcom di ruang kerjanya di SMUN 70 Bulungan, Jl. Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (25/10/2004) siang.Rusli mengaku sangat terpukul atas kepergian siswinya yang dikenal sebagai anak yang baik, saleh, dan berprestasi ini. "Saya secara pribadi merasa terpukul dengan kepergian beliau menghadap Allah SWT. Semoga amal ibadahnya diterima dan keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan," katanya.Rusli mengaku memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua Mutia. Orang tua Mutia adalah Wakil Kepala Sekolah SMUN 6. Pada saat kejadian, yakni peledakan bom di Kedubes Australia pada 9 September lalu, ia dihubungi langsung oleh ibu Mutia tentang kejadian yang menimpa siswi kelas tiga SMUN 70 itu.Dari cerita orang tua Mutia itu juga Rusli bahwa Dubes Australia David Ritchie pernah bertemu Mutia dan keluarganya serta menawarkan hadiah yang diinginkan Mutia jika sudah sehat, termasuk jika ingin sekolah di Australia.Sudah Bisa CeritaSaat kejadian, 9 September lalu, sedang berlangsung Ujian Blok Satu atau dulu dikenal sebagai Ulangan Harian Bersama. Selesai ulangan, Mutia langsung pulang ke rumah neneknya di Jl. Anggrek N0.4 Karet, Kuningan, di belakang Perbanas. Rumah orang tua Mutia di Pamulang, Tangerang. Supaya lebih dekat dekat dengan sekolah, Mutia tinggal di rumah neneknya. Saat kejadian Mutia sudah turun dari bus dan terkena serpihan kaca dari gedung yang berseberangan dengan Kedubes Australia.Dijelaskan Rusli, pihak sekolah memberi perhatian dan simpati yang besar pada Mutia. Para guru dan murid secara bergantian sudah menengok Mutia saat dirawat di RSCM maupun RS Medistra."Saya sempat menjenguk di Rumah Sakit Medistra. Saat itu kelihatan sceara fisik sudah normal. Sudah baik dan bisa berbincang denagn saya dan teman-temannya yang hadir. Pak, tinggal menunggu keputusan dokter. Begitu katanya pada saya," tutur Rusli.Mutia, lanjut Rusli, bercerita ia akan menjalani operasi di bagian kepala. Dari luar luka tersebut tidak terlihat parah tapi berdampak pada otak. "Darahnya harus disedot. Sambil cerita dia menunjukkan pelipis kirinya," kenang Rusli tentang percakapannya dengan anak didiknya itu.Dijelaskan Rusli, pihak sekolah memberi perhatian dan simpati yang besar pada Mutia. Para guru dan murid secara bergantian sudah menengok Mutia saat dirawat di RSCM maupun RS Medistra.Salah seorang siswi yang telah menengok Mutia, dan merasa kehilangan, adalah Dian. Dia mengenal Mutia sebagai anak yang ramai dan enak diajak bergaul. "Dia paling suka pelajaran IPS seperti Ekonomi Akutansi dan Sejarah," katanya.
(gtp/)